Senin, 09 Mei 2011

Penyakit Thypus Abdominalis (thypoid) tentang Tanda, Gejala, Diagnosis dan Pengobatannya

 Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih
ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh karena itu
penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi
atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan
gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus).

Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk
orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada
makanan dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman
menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi
kebocoran usus.

dalam Ilmu Epidemiologi dikenal KONSEP TIMBULNYA PENYAKIT yaitu :
 
I. TEORI EKOLOGI

a. KONSEP  B. McMAHON & T.F. FUCHS “ TIMBULNYA SUATU ENYAKIT SENANTIASA
BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP MASYARAKAT “
 
b. FENOMENA GORDON
“ TIMBULNYA SUATU PENYAKIT KRN ADANYA GANGGUAN TERHADAP KESIMBANGAN HOST – AGENT – ENV.

c. H.L. BLUM
“ STATUS KES MASY DIPENGARUHI OLEH 4 FAKTOR UTAMA ; HEREDITER – YANKES – LINGK – PERILAKU “

Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun penderita belum dikatakan
sembuh total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain (bersifat
carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali lebih besar dibandingkan
pada laki-laki.

Sumber penularan utama ialah penderita demam enterik itu sendiri dan carrier, yang
mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja dan tinja
inilah yang merupakan sumber pencemaran.

1. KUMAN PENYEBAB

a. Morfologi Salmonella typhosa. 
Kuman berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel
feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2 - 4 mikrometer x 0.5 -
0.8 mikrometer dan bergerak, pada biakan agar darah koloninya besar bergaris tengah 2 sampai
3 millimeter, bulat, agak cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan hemolisis (Gupte, 1990).


b. Fisiologi
 
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41o C (suhu
pertumbuhan optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya isolat kuman
Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan
sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan
KCN.
 
Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S.
Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase
glukosa. Pada agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak
berwana, pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat
pembentukan H2S.

c. Daya tahan. 
Kuman akan mati karena sinar matahari atau pada pemanasan dengan suhu 60o C
selama 15 sampai 20 menit, juga dapat dibunuh dengan cara pasteurisasi, pendidihan dan
klorinasi serta pada keadaan kering. Dapat bertahan hidup pada es, salju dan air selama 4
minggu sampai berbulan-bulan. Disamping itu dapat hidup subur pada medium yang mengandung garam metil, tahan terhadap zat warna hijau brilian dan senyawa natrium
tetrationat dan natrium deoksikolat. Senyawa-senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman
koliform sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan didalam media untuk isolasi
Salmonella dari tinja (Gupte, 1990).
 
2. GEJALA-GEJALA

Masa tunas bervariasi antara 3 dan 4 hari. Penyakit tidak datang dengan sekaligus tetapi
datangnya secara berangsur, didahului dengan sakit kepala, badan lesu, kadang-kadang disertai
batuk dan sakit perut.

Dalam minggu pertama suhu tubuh meninggi secara bertingkat seperti jenjang
berangsur dari suhu normal sampai mencapai 38 – 40o C. Suhu tubuh lebih meninggi pada sore
dan malam hari dibanding dengan pagi hari. Denyut nadi terasa perlahan, jadi pada saat ini
terdapat bradikardi relatif, sedangkan biasanya bila suhu tinggi pada penyakit panas lainnya
maka nadi pun ikut cepat juga. Buang air besar biasanya terganggu, dan terdapat lidah putih
serta kotor, tepi lidah kelihatan merah, kelihatan lidah gemetar, timbul bintik-bintik di dada dan
perut pada awal penyakit selama kira-kira 5 hari pertama, kemudian tanda-tanda ini akan
menghilang, dan bisa menimbulkan infeksi pada kelenjar usus halus.

Pada minggu kedua akan timbul pernanahan pada usus halus tersebut, dimana penderita
kelihatan menderita sakit berat, muka kelihatan pucat, lidah kering, serta diliputi oleh lapisan
lendir kental, nafsu makan berkurang, kadang-kadang ada juga penderita yang mencret (diare)
disertai rasa sakit perut.

Dalam minggu ketiga gejala akan kelihatan lebih jelas lagi yaitu perut terasa sakit sekali,
tidak buang air besar, denyut nadi cepat dan lemah, kesadaran menurun dan kadang-kadang
sampai tidak sadar. Pada stadium ini dapat terjadi perdarahan usus, lalu disusul kematian.
Bila tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, maka penyakit berangsur sembuh. Suhu tubuh
akan menurun secara lisis yaitu dengan berangsur pada akhir minggu ketiga, gejala-gejala
lainpun akan menghilang pula. Lidah mulai kelihatan bersih. Namun begitu pada saat ini kita
harus berhati-hati juga mengingat penyakit masih bisa kambuh kembali. Jadi penderita
seharusnya jangan menghentikan pengobatan sebelum waktunya dan juga tidak boleh bergiat
dengan tiba-tiba.

3. DISTRIBUSI TYPHUS ABDOMINALIS
 
Penyebaran penyakit tidak ada perbedaan dimana laki-laki maupun perempuan akan
mempunyai resiko untuk terkena penyakit ini. Insiden yang tertinggi terjadi pada anak-anak,
sedangkan pada orangdewasa penderita sering mengalami infeksi ringan dan biasanya sembuh
sendiri yang pada akhirnya menjadi kebal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70 – 80 % pasien
berumur 12 – 30 tahun, 10 – 20 % berumur 31 – 40 tahun dan lebih sedikit pada pasien berumur
diatas 40 tahun.

Typhus abdominalis terdapat diseluruh dunia dan penyebarannya sebagai penyakit
menular, tidak selalu bergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara
berkembang dan daerah dengan iklim tropis.
Di Indonesia, penyakit ini dapat ditemukan sepanjang tahun, dari hasil penelitian
kemungkinan kasus ini lebih meningkat pada musim hujan, juga bisa pada musim kemarau atau
pada peralihan musim kemarau kemusim hujan.

Angka kesakitan demam tifoid di Indonesia masih tinggi berkisar antara 0,7 – 1 % (Depkes,
1985). Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman
Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella typhi bisa berada dalam air, es, debu,
sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan
sebagainya) akan berkembang bika mencapai dosis infektif.
 
4. KOMPLIKASI.

Selain pada usus, juga terjadi kelainan pada organ tubuh lainnya, kantong empedu dapat
meradang, dan membesar, limpa membesar (splenomegali), hati membesar (hepatomegali) dan mengandung abses kecil-kecil (sarang nekrosisi). Disana kuman dapat berkumpul dan menetap
pada penderita. Orang ini disebut carrier dan merupakan sumber penyakit, karena kemana-mana
ia pergi membawa kuman penyakit, sedangkan ia dapat bebas bergaul dengan orang-orang
sehat.

Oleh karena adanya penderita yang bersifat carrier, maka bagi pengusaha-pengusaha
rumah makan ataupun dirumah tangga bila hendak menerima pembantu harus berhati-hati
apakah calon pembantu tersebut tidak merupakan seorang carrier penyakit, yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kesehatannya lebih dahulu.
Komplikasi terpenting terjadi pada saat perdarahan karena adanya tukak dan perforasi
dengan peritonitis dan shock dan biasanya menimbulkan kematian
 
5. DIAGNOSIS LABORATORIUM.
 
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyait demam typoid, yakni :
1. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
2. Diagnosis serologik.
3. Diagnosis klinik.

Metode diagnosa mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90 %
penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positif dalam minggu pertama. Hasil ini menurun
drastis setelah pemakaian obat antibiotika dengan hasil positif menjadi 40 %. Meskipun demikian
kultur sumsum tulang memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90 % positif.

Pada minggu-minggu selanjutnya kultur darah menurun, tetapi untuk tinja dan kultur urin
meningkat yaitu 85 % dan 25 % berturut-turut positif pada minggu ketiga dan keempat.
Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90 % penderita dan
kira-kira 3 % penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka
waktu yang lama yaitu menjadi carrier kronik mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinja
seumur hidupnya dan carrier lebih banyak terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak dan
lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki.

Diagnosis serologik tergantung pada antibody yang timbul terhadap antigen O dan H,
yang dapat dideteksi dengan reaksi aglutinasi (test widan). Antibody terhadap antigen O dari
group D timbul dalam minggu pertama sakit dan mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan
keempat yang akan menurun setelah 9 bulan sampai 1 tahun. Titer aglutinin 1/200 atau kenaikan
titer lebih dari 4 kali berarti test Widal positif, hal ini menunjukkan infeksi akut Salmonella typhi.

6. PENGOBATAN
 
a. Perawatan 
Penderita perlu dirawat yang bertujuan untuk isolasi, observasi dan pengobatan, pasien
harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari, bebas demam atau 14 hari, keadaan ini sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Pada
pasien dengan kesadaran menurun diperlukan perbahan-perubahan posisi berbaring untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitas.
 
b. Diet 
Pada mulanya penderita diberikan bubur saring dan kemudian bubur kasar yang
bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. Dengan
menkonsumsi makanan dalam bentuk tersebut diatas, tentu pasien kurang mau menkonsumsinya
sehingga pasien mengalami penurunan keadaan umum dan gizi dan sekaligus memperlambat
proses penyembuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini, yaitu nasi,
lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman kepada pasien typhus abdominalis.
 
c. Obat-obatan 
Pemberian antibiotika yang efektif dapat mengurangi angka kematian (di Amerika angka
kematian turun menjadi 1 % bahkan kurang). 

Antibiotika kloramfenikol masih dipakai sebagai obat standar dimana efektivitas obatobatan
lain masih dibandingkan terhadapnya. Untuk strain kuman yang sensitif terhadap
kloramfenikol, antibiotika ini memberikan efek klinis paling baik dibandingkan obat lain. Perlu
diketahui kloramfenikol mempunyai efek toksik terhadap sumsum tulang. Penggunaan
kloramfenikol, demam akan turun rata-rata setelah 5 hari.

Obat-obat lain seperti Ampysilin, amoksisilin dan trimetoprim sulfametoksasole dapat
dipergunakan untuk pengobatan, dimana strain kuman penyebab telah resisten terhadap
kloramfenikol, selain bahwa obat-obat tersebut kurang toksik dibandingkan kloramfenikol.
Pengobatan carrier kronik selalu menjadi masalah, terutama carrier dengan batu
empedu. Penderita carier tanpa batu empedu, pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian
ampisilin atau amoksisilin dan probenesit, tetapi bila disertai kolesistitis maka diperlukan
pengobatan pembedahan selain antibiotika.
 
Imunisasi dengan vaksin monovalen kuman Salmonella typhi memberikan proteksi yang
cukup baik, vaksin akan merangsang pembentukan serun terhadap antigen Vi, O dan H. Dari
percobaan pada sukarelawan ternyata antibodi terhadap antigen H memberikan proteksi terhadap
Salmonella typhi tetapi tidak demikian halnya antibodi Vi dan O.
 
7. PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN SUMBER INFEKSI 
Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan pengendalian
dengan menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat yaitu melakukan deteksi
dan isolasi terhadap sumber infeksi, perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan,
pembuangan sampah dan clorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan
minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi
populasi lalat (reservoir).
 
Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (terutama pemeriksaan
tinja) secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran.
Selain itu yang sangat penting adalah sterilisasi pakaian, bahan dan alat-alat yang
digunakan pasien dengan memberikan antiseptik, dianjurkan pula bagi pengunjung untuk
mencuci tangan dengan sabun dan memberikan desinfektan pada saat mencuci pakaian.
Deteksi carrier dilakukan dengan cara test darah dan diikuti dengan pemeriksaan tinja
dan urine yang dilakukan berulang-ulang.. Pasien yang cerrier positif diperlukan pengawasan
yang lebih ketat yaitu denganmemberikan informasi tentang hygiene perorangan dan cara
meningkatkan standar hygiene agar tidak berbahaya bagi orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar