Kamis, 12 Mei 2011

PENYAKIT ANOREKSIA (KESULITAN MAKAN) PADA ANAK DAN ORANG DEWASA

 DEFINISI

Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Kondisi ini umumnya ditandai beberapa gejala psikologis :

- Keinginan memiliki tubuh kurus
- Ketakutan berlebihan terhadap kegemukan
- Penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal
- Hilangnya siklus menstruasi
- Mempelajari tentang makanan dan kalori secara berlebihan
- Menyembunyikan atau sengaja membuang makanan

Pada bayi dan anak sehat makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana yaitu mengkonsumsi makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber semua jenis zat-zat gizi yang diperlukan.
 
Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu.
 
Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak
terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu.

Bagi anak makan merupakan perilaku yang kompleks dengan keterampilan yang harus dipelajari secara bertahap. Diawali dengan menyusu, kemudian secara bertahap belajar mengkonsumsi berbagai jenis makanan tambahan dan selanjutnya berbagai ragam makanan lain yang biasa
dikonsumsi oleh anak maupun orang dewasa.

Di samping itu anak belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan makan, antara lain pengaturan jadwal waktu makan. Makan yang teratur diperlukan untuk membina refleks kebiasaan pada saluran pencernaan agar lebih siap untuk menerima, mencerna dan menyerap makanan pada waktuwaktu tertentu.

Sekitar 95 persen penderita anoreksia adalah perempuan berstatus sosial ekonomi menengah ke atas. Kelainan ini mulai muncul di masa remaja dan kadang di masa dewasa. Anoreksia bisa bersifat ringan, sementara atau berat dan berlangsung lama.

PENYEBAB

Hingga kini belum diketahui penyebab anoreksia. Para ahli kesehatan berpendapat bahwa faktor sosial memegang peranan penting. Umumnya penderita ingin menjadi kurus karena merasa kegemukan. Penderita menganggap dirinya tidak menarik, tidak sehat dan juga tidak diinginkan.
Penderita anoreksia bisa mengalami dehidrasi dan cenderung sering pingsan. Kelainan ini juga memicu kematian mendadak karena irama jantung yang tidak normal.

PENGERTIAN KESULITAN MAKAN

Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya :

- Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.
- Makan tidak mau ditelan.
- Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan.
- Penolakan atau melawan pada waktu makan.
- Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika).
- Hanya mau makan jenis tertentu saja.
- Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan.
- Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan.
- Dan keluhan lain.

PENYEBAB KESULITAN MAKAN
 
Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama.

Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
- Faktor nutrisi
- Faktor penyakit/kelainan organik
- Faktor penyakit/kelainan kejiwaan

1. Faktor Nutrisi
 
Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :

- Konsumer pasif : bayi
- Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita
- Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja
 
a. Pada bayi berusia 0 – 1 tahun
 
Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan pembinaan/pendidikan makan antara lain :
 
- Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.
- Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau terlambat.
- Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.
- Cara pemberian makan yang kurang tepat.

b. Pada anak balita usia 1 – 5 tahun
 
Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya.
 
c. Pada anak sekolah usia 6 – 12 tahun 
Pada usia ini berkurangnya nafsu makan di samping karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.

Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10 – 12 tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan sengaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang didambakan. Sebaliknya
mungkin terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas. 

d. Pada anak remaja usia 12 – 18 tahun
Kesulitan makan pada usia ini biasanya karena faktor kejiwaan (anoreksia nervosa).
2. Faktor Penyakit / Kelainan Organik
 
Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya
akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi :
 
a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut
- Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis, labiognatopaltoschizis, frenulum lidah yang pendek, makroglossi.
- Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.
- Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis

b. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.
- Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum, penyakit Hirschsprung
- Penyakit infeksi : akut/kronis
- Diare akut, diare kronis, cacingan

c. Penyakit infeksi pada umumnya
- Akut : infeksi saluran pernafasan.
- Kronis : tuberkolosis paru, malaria.
 
d. Penyakit/kelainan non infeksi
Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :
- Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.
- Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.
- Penyakit keganasan : tumor Willems.
- Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
- Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.
- Penyakit kardiovaskuler.

3. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis
 
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya
Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang di dalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan.

Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai. 

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan. 

d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.

DAMPAK KESULITAN MAKAN
 
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A.
Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).

GEJALA ANOREKSIA

*Meningkatnya perhatian secara berlebihan pada makanan dan berat badan
*Meskipun sudah kurus namun tetap merasa gemuk
*Selalu menyangkal kalau dirinya sudah kurus
*Melakukan olahraga berlebihan untuk mengendalikan berat badan
* Tidak mengeluh meski nafsu makan dan berat badan berkurang TATA LAKSANA 

MENGATASI KESULITAN MAKAN
 
Kesulitan makan merupakan masalah individu anak sehingga upaya mengatasinya juga bersifat individual tergantung dari beratnya dan faktor-faktor yang menjadi penyebab. Penatalaksanaan kesulitan makan yang berat mencakup 3 aspek yaitu :

1. Identifikasi faktor penyebab
Dapat dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada keadaan yang berat mungkin penyebabnya tidak hanya satu faktor (multi faktorial).
2. Evaluasi tentang faktor dan dampak nutrisi
- Wawancara yang cermat, khususnya riwayat pengelolaan makan, jenis makanan, jumlah makanan yang dikonsumsi, makanan yang disukai dan yang tidak, cara dan waktu pemberian makan, suasana makan dan perilaku makan.
- Pemeriksaan fisik khusus untuk menilai status gizi. 
- Pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
- Pemeriksaan kejiwaan bila diperlukan.
 
3. Melakukan upaya perbaikan
 
a. Nutrisi
- Memperbaiki gangguan gizi yang telah terjadi.
- Memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian makan, perilaku dan suasana makan.
- Mengoreksi keadaan defisiensi gizi yang ditemukan. Sedapat mungkin diberikan dalam bentuk makanan, bila tidak mungkin baru diberikan dalam bentuk obat-obatan.
 
b. Upaya mengobati faktor-faktor penyebab
Keberhasilan mengatasi masalah kesulitan makan juga tergantung kepada keberhasilan upaya mengobati atau melenyapkan faktor penyebab baik faktor organik maupun faktor psikologis/gangguan kejiwaan.

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya akibat penyakit stomatitis atau tuberkulosis akan cepat dapat diatasi. Tetapi untuk kesulitan makan yang berat misalnya pada gangguan perkembangan Neuromuskuler, kelainan bawaan misalnya kelainan pada bibir sumbing atau celah langit-langit perlu kerjasama dengan keahlian yang terlibat di antaranya ahli bedah, rehabilitasi medik, psikolog, ahli gizi dan sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar