Kamis, 11 November 2010

Kanker Payudara (Ca Mammae)

A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering
dijumpai pada perempuan, yakni mencapai 18% dari semua kanker yang
terjadi pada perempuan. Setiap tahun terjadi 1 juta kasus baru kanker payudara
di seluruh dunia. Tabel 1 menunjukkan insidensi kanker pada perempuan di
seluruh dunia pada tahun 1980 (McPherson et al., 2000).
Tabel 1. Insidensi kanker pada perempuan di seluruh dunia (1980)
Lokasi kanker Jumlah kasus (x 1000) % dari total
Payudara 572 18
Serviks (leher rahim) 466 15
Kolon dan rektum 286 9
Lambung 261 8
Endometrium 149 5
Paru 147 5
Ovarium 138 4
Mulut dan farinks 121 4
Esofagus 108 4
Limfoma 98 3
Sumber: McPherson et al., 2000
Etiologi kanker payudara bersifat multifaktor yang mencakup faktorfaktor
genetik, lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi melalui
mekanisme yang kompleks (Kubba, 2003). Hasil penelitian dengan konsisten
menunjukkan bahwa faktor-faktor reproduksi berhubungan dengan risiko
kanker payudara pada perempuan (Kelsey et al., 1997; Haile et al., 2006).
Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi nuliparitas
2
atau tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat,
menarke atau menstruasi pertama pada usia dini, serta menopause terlambat
(McPherson et al., 2000; Kubba, 2003). Kelahiran pertama atau memiliki anak
pertama kali berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara selama
10 tahun setelah kelahiran. Namun setelah waktu 10 tahun tersebut, risiko
kanker payudara yang berhubungan dengan kelahiran menurun apabila
kelahiran terjadi sebelum usia 32 tahun. Tetapi jika kelahiran pertama terjadi
setelah usia 32 tahun, penurunan risiko tersebut tidak terjadi dan perempuan
tersebut akan memiliki risiko sepanjang hidup yang lebih besar dibandingkan
dengan perempuan yang belum memiliki anak (Kelsey et al., 1997; Haile et
al., 2006).
Kelahiran berikutnya memiliki efek yang serupa. Seorang perempuan
dengan kelahiran pertama pada usia dini dan memiliki banyak anak
mengalami penurunan risiko yang jauh lebih besar jika kelahiran berikutnya
terjadi pada usia muda. Perempuan dengan menarke atau menstruasi dini,
terlambat menopause atau berhentinya menstruasi dan jumlah siklus
menstruasi yang lebih banyak, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
kanker payudara (Kelsey et al., 1997; Haile et al., 2006). Bukti-bukti lain yang
menyatakan bahwa kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor
reproduksi adalah insidensi kanker payudara seratus kali lebih banyak terjadi
pada perempuan daripada laki-laki (Kubba, 2003).
Di samping merupakan faktor risiko untuk kanker payudara, faktor
reproduksi juga merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium dan
3
endometrium. Berdasarkan beberapa penelitian tentang adanya hubungan
antara faktor-faktor reproduksi dan kanker payudara dapat disimpulkan bahwa
hormon steroid endogen memiliki peran penting di dalam etiologi kanker
payudara. Mekanisme umum yang berlangsung untuk ketiga jenis kanker
adalah adanya paparan hormon estrogen yang berlangsung lama dan siklis
terhadap jaringan yang sensitif, seperti jaringan payudara, ovarium dan
endometrium yang dipengaruhi oleh ovulasi terus-menerus (Kubba, 2003). Di
sisi lain, peran progesteron tidak begitu jelas. Diduga progesteron mengambil
peran dalam kegiatan mitosis sehingga meningkatkan fase luteal (Going et al.,
1982; Kubba, 2003).
Kesimpulan tentang peran hormon steroid endogen tersebut
menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu apakah penggunaan hormon
steroid eksogen seperti kontrasepsi oral atau pil KB (Keluarga Berencana)
juga berhubungan dengan risiko kanker payudara (Haile et al., 2006). Hasil
pengamatan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi
oral kombinasi menekan ovulasi sehingga mengurangi risiko kanker
endometrium maupun ovarium, namun tidak mengurangi risiko kanker
payudara. Ketiadaan efek protektif terhadap kanker payudara diduga karena
terdapat interaksi antara penggunaan hormon steroid eksogen dan faktorfaktor
lingkungan. Pengamatan epidemiologis menunjukkan bahwa
peningkatan risiko kanker payudara sejak 1940an di negara-negara maju
berkaitan dengan faktor-faktor gaya hidup, misalnya kebiasaan merokok.
4
Penelitian tentang pengaruh penggunaan kontrasepsi oral memberikan
hasil-hasil yang tidak konsisten. Pada umumnya studi yang dilakukan sebelum
tahun 2000 menemukan adanya hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral
dan peningkatan risiko kanker payudara. Tetapi studi yang dilakukan
belakangan tidak konsisten menunjukkan hasil yang sama. Sebuah metaanalisis
komprehensif yang dilakukan tahun 1996 mencakup 54 studi dengan
data dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa penggunaan aktif
kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara
sebesar 24%. Risiko tersebut meningkat dua kali lipat pada perempuan muda
yang menggunakan kontrasepsi oral dalam waktu 5 tahun terakhir dan yang
menggunakannya pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Studi tersebut
tidak menemukan perbedaan risiko menurut riwayat keluarga (Collaborative
Group on Hormonal Factors in Breast Cancer, 1996; Haile et al., 2006).
Tabel 2 menyajikan risiko relatif kanker payudara dan hubungannya
dengan penggunaan kontrasepsi oral (McPherson et al., 2000). Tabel tersebut
menunjukkan bahwa perempuan pengguna kontrasepsi oral saat ini memiliki
risiko satu seperempat kali lebih besar daripada perempuan yang telah
berhenti menggunakannya sejak 10 tahun yang lalu, namun peningkatan risiko
secara statistik tidak signifikan. Berikut tabel 2 tersebut :
Tabel 2. Risiko relatif kanker payudara dan penggunaan kontrasepsi oral
Penggunaan kontrasepsi oral Risiko Relatif CI 95%
>10 tahun setelah penghentian 1
Pengguna saat ini 1.24 0.96-1.50
1-5 tahun setelah penghentian 1.16 1.08-1.23
5-9 tahun setelah penghentian 1.07 1.02-1.13
Sumber: McPherson et al., 2000
5
Harianto et al (2005) melakukan studi kasus kontrol pada RS Dr Cipto
Mangunkusumo Jakarta tentang hubungan antara pemakaian pil kombinasi
dan risiko kanker payudara. Studi tersebut melaporkan bahwa pemakaian pil
kombinasi meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 1,9 kali
daripada yang tidak memakai pil kombinasi (OR 1,86; p= 0,171). Hasil
tersebut merupakan bukti yang lemah, karena peneliti tidak mengontrol
pengaruh berbagai faktor perancu (confounding factor).
Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan
antara pemakaian kontrasepsi hormonal dan peningkatan risiko kanker
payudara. Namun beberapa penelitian lainnya tidak menunjukkan hubungan
tersebut. Studi yang dilakukan Harianto et al (2005) di Indonesia memberikan
kesimpulan yang lemah tentang pengaruh kontrasepsi oral terhadap risiko
kanker payudara karena tidak mengendalikan faktor perancu di dalam desain
penelitiannya maupun dalam menganalisis data. Di sisi lain, pemakaian
kontrasepsi oral dan hormonal lainnya masih berlangsung di Indonesia.
Kontrasepsi tersebut dapat diperoleh baik dari program KB pemerintah
Indonesia maupun dari pasar yang menyediakan sejumlah kontrasepsi
hormonal yang mencakup kontrasepsi oral, injeksi dan implant. Kandungan
masing-masing jenis kontrasepsi tersebut berbeda satu sama lainnya. Sebagian
besar kontrasepsi oral merupakan kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung dua jenis hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron,
sedangkan ijeksi dan implant mengandung hormon progesteron saja.
6
Kasus kanker payudara juga banyak ditemukan di Propinsi Jawa
Tengah. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2003,
jumlah penderita kanker payudara menduduki urutan pertama dibandingkan
dengan jumlah penderita kanker lainnya. Tabel 3 menyajikan insidensi kanker
di Propinsi Jawa Tengah.
Tabel 3. Insidensi Kanker di Propinsi Jawa Tengah
Lokasi Kanker Jumlah Kasus % Dari Total
Payudara
Serviks (leher rahim)
Hepar
Paru
3593
2780
1030
779
43.91
33.98
12.59
9.52
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta
merupakan salah satu rumah sakit umum daerah yang terletak di Kota
Surakarta. Sebagai rumah sakit milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah,
RSUD Dr. Moewardi memberikan pelayanan kesehatan dan menerima rujukan
pasien dari rumah sakit lain yang berada di luar Karesidenan Surakarta.
Berdasarkan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit, dapat diketahui bahwa jumlah pasien penyakit kanker payudara
selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah
kasus kanker payudara adalah 2821 kasus, tahun 2006 sebanyak 5141 kasus
dan pada tahun 2007 sebanyak 6380 kasus. Dengan dilatari tingginya jumlah
perempuan penderita kanker payudara, inkonsistensi hasil penelitian terdahulu
dan penggunaan luas kontrasepsi oral pada perempuan usia subur, maka
penulis mengusulkan untuk melakukan penelitian yang menghubungkan
7
penggunaan kontrasepsi oral dan risiko kanker payudara pada perempuan
Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan risiko
kanker payudara? Jika ada, berapa besar risiko tersebut?
C. Tujuan Penelitian
1. Menguji hipotesis tentang hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral
dengan risiko kanker payudara.
2. Menaksir (estimasi) besarnya risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memberikan bukti-bukti empiris bagi teori
seperti halnya steroid endogen, penggunaan hormon steroid eksogen
memiliki hubungan dengan risiko kanker payudara.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna
kepada pembuat kebijakan tentang penggunaan kontrasepsi oral di
Indonesia, khususnya dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.
8
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan
mengenai hubungan antara kontrasepsi hormonal khususnya kontrasepsi oral
dengan penyakit kanker payudara.

0 komentar:

Posting Komentar