Kamis, 28 Oktober 2010

TUBERKULOSIS MERUPAKAN PENYAKIT INFEKSI YANG MASIH MENJADI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT

Drh. Hiswani M.Kes
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Penyakit tuberkulosis
merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta
orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki
urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui
perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu
penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan
masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian
130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian
kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952
orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada
kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian
lingkungan tempat tinggal.
Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita
tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderita
tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin
selama enam bulan berturut-turut tanpa henti.
Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh
anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiapa saat dapat mengingatkan
penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita
sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten
sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.
Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa negara
telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya. Angka kematian berkisar dari kurang
5 - 100 kematian per 100.000 penduduk pertahun. Angka kesakitan dan kematian meningkat
menurut umur. Di Amirika serikat pada tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per
100.000 penduduk.
Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Dari
hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000
ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah
penduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai
545 kasus tuberkulosis paru setiap tahun.
Gambaran Penyakit Tuberkulosis Paru.
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit
ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Miko bakteria adalah bakteri aerob, berbentuk
batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai
bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu
dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam.
Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis akan berakibat
buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain
terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian.
Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %). Cara
penularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada
waktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan
masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru).
Mycobacterium Tuberkulosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan
dingin, atu dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Ini dapat terjadi apabila kuman berada
dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini kuman tuberkulosis suatu saat dimana
keadaan memungkinkan untuk dia berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali.
Pada penderita tuberkulosis paru apabila sudah terpapar dengan agent penyebabnya
penyakit dapat memperlihatkan tanda-tanda seperti dibawah ini:
q Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu.
q Batuk-batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.
q Dada terasa sakit atau nyeri.
q Terasa sesak pada waktu bernafas.
Adapun masa tunas(masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari
terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 - 12 minggu
untuk tuberkulosis paru. Pada pulmonair progressif dan extrapulmonair, tuberkulosis biasanya
memakan waktu yang lebih lama, sampai beberapa tahun.
Perioda potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapa
kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekwat mungkin akan kumat-kumatan
dengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau derajat penularan tergantung
kepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas basil dan peluang adanya
pencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras secara umum.
Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Kepekaan tertinggi pada anak kurang
dari tiga tahun terendah pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada umur
remaja dan awal tua.
MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS
A. Morfologi dan identifikasi Mycobacterium Tuberkulosis
1. Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-
0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadangkadang
setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebih
dari 40°C. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum
6,4-7,0.
3. Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan dapat
mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30
jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini
dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu
20°C selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan
antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan
oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.
B. Pemeriksaan Laboratorium
1. Bahan pemeriksaan.
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diperhatikan waktu pengambilan, tempat
penampungan, waktu penyimpanan dan cara pengiriman bahan pemeriksaan. Pada
pemeriksaan laboratorium tuberkulosis ada beberapa macam bahan pemeriksaan yaitu:
§ Sputum(dahak), harus benar-benar dahak, bukan ingus juga bukan ludah. Paling baik
adalah sputum pagi hari pertama kali keluar. Kalau sukar dapat sputum yang
dikumpulkan selama 24 jam (tidak lebih 10 ml). Tidak dianjurkan sputum yang
dikeluarkan ditempat pemeriksaan.
§ Air Kemih, Urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran tengah.
Sebaiknya urin kateter.
§ Air kuras lambung, Umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapat
mengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak yang
tertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan.
§ Bahan-bahan lain, misalnya nanah, cairan cerebrospinal, cairan pleura, dan usapan
tenggorokan.
2. Cara Pemeriksaan Laboratorium
a. Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri
tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan:
§ Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat
warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu
mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah
dengan warna dasar biru muda.
§ Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warna
pertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri
akan mengikat warna kedua. Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna biru
tua dengan warna dasar biru yang lebih muda.
b. Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen.
Dapat pula Middlebrook JH11, juga sutu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapat
dipakai Middlebrook JH9 dan JH 12.
c. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan
ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.
PENULARAN KUMAN TUBERKULOSIS.
Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui dahak berupa
droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat lansung dengan
mikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular.
Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering
dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan dapat bertahan
diudara selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut
sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri
(berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang keorang lain.
KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS.
Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis
ekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80 %
dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satusatunya
bentuk dari TB yang mudah menular.
Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh
lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limpe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit TBC ini tidak pandang bulu karena
kuman ini dapat menyerang semua organ-organ dari tubuh.
DIAGNOSIS TBC
Penegakan diagnosis pada penyakit TB-paru dapat dilakukan dengan melihat
keluhan/gejala klinis, pemeriksaan biakan, pemeriksaan mikroskopis, radiologik dan tuberkulin
test. Pada pemeriksaan biakan hasilnya akan didapat lebih baik, namun waktu pemeriksaannya
biasanya memakan waktu yang terlalu lama. Sehingga pada saat ini pemeriksaan dahak secara
mikroskopis lebih banyak dilakukan karean sensitivitas dan spesivitasnya tinggi disamping
biayanya rendah.
Seorang penderita tersangka dinyatakan sebagai penderita paru menular berdasarkan
gejala batuk berdahak 3 kali. Kuman ini baru kelihatan dibawah mikroskopis bila jumlah kuman
paling sedikit sekitar 5000 batang dalam 1 ml dahak. Dalam pemeriksaan ini dahak yang baik
adalah dahak mukopurulen berwarna hijau kekuningan dan jumlahnya harus 3 – 5 ml tiap
pengambilan. Untuk hasil yang baik spesimen dahak sebaiknya sudah dapat dikumpulkan dalam 2
hari kunjungan berurutan. Dahak yang dikumpulkan sebaiknya dahak yang keluar sewaktu pagi
hari.
BERDASARKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT TBC.
Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnya
dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini :
1. Faktor Sosial Ekonomi.
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan,
lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.
Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil
membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Status Gizi.
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan
mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk
TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik
pada orang dewasa maupun anak-anak.
3. Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 – 50)
tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup
lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
4. Jenis Kelamin.
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan
yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih
banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses
kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena
merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan
tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
PENCEGAHAN PENYAKIT TBC-PARU.
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas
kesehatan.
A. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.
1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang
dahak tidak disembarangan tempat.
2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus
harus diberikan vaksinasi BCG.
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang
antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.
Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial
ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian), ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat dekat
(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi dengan
vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga dengan
foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktu
yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan
pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.
B. Tindakan Pencegahan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan
hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,
suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif
dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya
dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa
tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan
pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti
para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculin test.
PENGENDALIAN, PENGOBATAN DAN PENYULUHAN YANG DILAK-SANAKAN PADA
PENDERITA TBC.
A. Pengendalian Penderita Tuberkulosis.
1. Petugas dari puskesmas harus mengetahui alamat rumah dan tempat kerja penderita.
2. Petugas turut mengawasi pelaksanaan pengobatan agar penderita tetap teratur menjalankan
pengobatan dengan jalan mengingatkan penderita yang lali. Disamping itu agar menunjak
seorang pengawas pengobatan dikalangan keluarga.
3. Petugas harus mengadakan kunjungan berkala kerumah-rumah penderita dan menunjukkan
perhatian atas kemajuan pengobatan serta mengamati kemungkinan terjadinya gejala
sampingan akibat pemberian obat.
B. Pengobatan Penderita Tuberkulosis.
1. Penderita yang dalam dahaknya mengandung kuman dianjurkan untuk menjalani pengobatan
di puskesmas.
2. Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek di rumah bagi penderita secara
darurat atau karean jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup jauh untuk bisa
berobat secara teratur.
3. Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi, bila perlu penderita dibawa ke
puskesmas.
C. Penyuluhan Penderita Tuberkulosis
1. Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkala
memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan mass
media yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru.
2. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan rumah
dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi penyebaran
penyakit.
3. Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita mau
berobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
4. Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demi
tercapainya masyarakat yang sehat.
5. Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang mempunyai
gejala-gejala penyakit TB paru.
6. Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru bukan bagi
penyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti halnya penyakit lain.
7. Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya sesuai
formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnindar, 1990. Masalah Penyakit tuberkulosis dan pemberantasannya di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran, No. 63 hal. 8 –12.
Depkes RI, 2001. Faktor Budaya Malu Hambat Pencegahan Penyakit Tuberkulosis, Media
Indonesia Jakarta.
Depkes RI, 1997. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Dirjen P2M dan PLP,
Jakarta.
Arifin, N. 1990. Diagnostik Tuberkulosis Paru dan Penanggulangannya, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Tjandra Y.A, 1994. Masalah Tuberkulosis Paru dan penanggulangannya, Universitas Indonesia.
Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar