Kamis, 14 Oktober 2010

Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes

Pdpersi, Jakarta - Penyakit gula atau diabetes melitus (DM) dapat menyerang siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, atau kurus-gemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah. Diabetes melitus atau dikenal pula penyakit kencing manis disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin.
Setiap tahun, tren jumlah penderita diabetes kian meningkat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia.

Pada 2006, jumlah penyandang diabetes (diabetasi) di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3, kecuali di Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1 %.

Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres berperan besar sebaga pemicu diabetes. Tapi, diabetes juga bisa muncuk karena faktor keturunan.

”Faktor keturunan memang tidak dapat dicegah, namun gaya hidup dapat diubah. Jangan sampai gemuk, jangan banyak makanan berlemak dan manis, serta banyaklah bergerak,” ujar Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD di Jakarta, kemarin.

Menurut Sidartawan, penyakit diabetes di Indonesia adalah DM tipe 2, merupakan jenis penyakit diabetes yang mencakup lebih dari 90% seluruh populasi diabetes.

Data WHO mengungkapkan, beban global diabetes melitus pada 2000 adalah 135 juta, di mana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (tahun 2025). Pada 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun.

Menurut Prof Sidartawan, kebanyakan orang beranggapan bahwa diabetes merupakan penyakit negara Barat sehingga bahayanya tidak disadari oleh penduduk negara sedang berkembang. “Padahal, di sebagian besar negara Asia saat ini terjadi peningkatan yang sangat cepat jumlah penderita diabetes,” tuturnya.

Prevalensi Meningkat
Hasil penelitian epidemiologi di Jakarta beberapa waktu lalu membuktikan adanya peningkatan prevalensi diabetes melitus dari 1,7 % pada 1982 menjadi 5,7% tahun 1993, yang disusul pada 2001 di Depok (sub-urban Jakarta) menjadi 14,7%. Peningkatan prevalensi diabetes melitus juga terjadi di Makassar yang meningkat dari 1,5 % pada 1981 menjadi 2,9 % tahun 1998 dan 12,5 pada 2005.

Pada 2005, daerah semi-urban seperti Sumatera Barat melaporkan prevalensi diabetes mellitus sebesar 5,1% dan Pekajangan (Jawa Tengah) 9,2%. Bali telah meneliti prevalensi beberapa daerah rural dengan hasil antara 3,9-7,2% pada 2004 dan Singaparna tahun 1995 tercatat 1,1%.

WHO memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. Indonesia berada di urutan ke-4 terbanyak kasus diabetes di dunia. Beberapa waktu lalu, International Diabetes Federation (IDF) menyatakan, tahun 2003 terdapat 194 juta orang terkena diabetes.

Pada 2030 akan terdapat lebih dari 82 juta orang berumur di atas 64 tahun dengan diabetes di negara sedang berkembang, di negara maju hanya 48 juta orang, dan secara global diperkirakan 333 juta orang menderita diabetes.

Seiring dengan pola pertambahan penduduk, pada 2005 di Indonesia ada 171 juta penduduk berusia di atas 15 tahun dan dengan asumsi prevalensi diabetes melitus maka terdapat kira-kira 24 juta penyandang diabetes.

Tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global, terutama dipicu oleh peningkatan kesejahteraan suatu populasi, sehingga sangat dimungkinkan dalam kurun waktu satu-dua dekade silam, kekerapan diabetes melitus di Indonesia telah meningkat signifikan. “Hal itu dipicu oleh faktor-faktor, seperti demografi, gaya hidup, serta berkurangya penyakit infeksi dan kurang gizi,” ujar Prof Sidartawan.

Tips Pencegahan Diabetes :
  1. Membiasakan diri untuk hidup sehat.
  2. Biasakan diri berolahraga secara teratur.
  3. Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama.
  4. Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan. garam yang tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak tinggi.
  5. Konsumsi sayuran dan buah-buahan. (izn)
 http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=914&tbl=kesling

0 komentar:

Posting Komentar