Sabtu, 30 April 2011

Infertilitas Pria: Penyebab Spermatogenesis defektif


Dua masalah utama spermatogenesis ialah bahwa sperma terlalu sedikit diproduksi atau motilitas sperma buruk. Produksi sperma yang rendah (oligospermia, didefinisikan sebagai jumlah sperma yang lebih kecil dari 20 x 106 per ml) atau kegagalan memproduksi sperma (azoospermia) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda. Supaya sperma dalam kondisi normal dapat dihasilkan, jumlah testosteron perlu dipertahankan pada kadar yang adekuat, dan karena produksi testosteron bergantung kepada kadar FSH dan LH, setiap disfungsi kelenjar hipofisis dan hipotalamus, yang mengontrol kadar hormon-hormon ini, pada akhirnya memengaruhi spermatogenesis.

Fungsi yang kurang signifikan ialah fungsi kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, walaupun gangguan fungsi pada kedua kelenjar ini dapat memengaruhi fertilitas. Karena spermatogenesis berlangsung di dalam testis, setiap gangguan pada testis juga memengaruhi fertilitas sampai derajat tertentu. Produksi sperma dapat dipengaruhi oleh gangguan kongenital, seperti hidrokel atau testis yang tidak turun (kriptorkidisme), atau oleh masalah-masalah yang didapat, seperti varikokel atau gondongan. Juga, karena produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperatur tubuh, spermatogenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu (pemadam kebakaran, pengemudi truk jarak jauh) atau pada pria yang mengenakan celana dalam yang ketat. Ancaman lingkungan lain, seperti penggunaan alkohol secara berlebihan, merokok, obat-obatan terlarang, radiasi, timah, dan antibiotik tertentu (misalnya penisilin dan tetrasiklin) juga dapat memengaruhi spermatogenesis.



Pemeriksaan
Seperti pada wanita, pengkajian riwayat yang menyeluruh dan pemeriksaan fisik umum juga harus dilakukan pada pria sebelum tes khusus dilaksanakan karena pengkajian tersebut dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang ada (misalnya, gangguan endokrin atau testis yang tidak turun).
Tes khusus pertama kali yang perlu dilakukan ialah analisis semen, meliputi volume semen, jumlah sperma total, dan kualitas sperma (motilitas dan persentase sperma yang abnormal) dikaji dengan melakukan tes pascakoitus What di atas). Pemeriksaan lain meliputi tes darah, yang dapat mengungkap ketidakseimbangan hormon, dan biopsi testis, yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi produksi sperma.


Terapi
 
Terapi hormon dapat diindikasikan jika jumlah sperma rendah atau jika kualitas sperma buruk; misalnya, klomifen, human chorionic gonadotrophin, bromokriptin, atau testosteron dapat diresepkan. Apabila terdapat suatu varikokel, maka varikokel tersebut dapat diligasi melalui pembedahan. Walaupun varikokel merupakan penyebab infertilitas pada hanya sebagian kecil pria, operasi biasanya bermanfaat karena upaya ini telah terbukti menggandakan kesempatan kehamilan (Pfeffer dan Woollett, 1983). Pembedahan untuk memperbaiki testis yang tidak turun perlu dilakukan selama masa kanak-kanak karena masalah ini tidak dapat diperbaiki jika seorang pria telah dewasa. Pendidikan kesehatan diindikasikan jika masalah diduga terkait dengan gaya hidup pria tersebut. Nasihat yang diberikan berkisar dari anjuran mengganti pekerjaan sampai menghindari pakaian yang ketat.



Pustaka
Buku Ajar Konsep Kebidanan

0 komentar:

Posting Komentar