Sabtu, 18 Juni 2011

USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan penyembuhan serta pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Dalam SKN (Sistem Kesehatan Nasional) sesuai dengan Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistim Kesehatan Nasioonal (SKN), dinyatakan upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan suatu bentuk atau pola Upaya kesehatan puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Selain itu ditunjang juga dengan progaram pemerintah yaitu menuju Indonesia sehat 2010.
 Dari hasil survey penyakit periodontal dan karies gigi di Indonesia tahun 1994 – 1999, menunjukkan bahwa pada kelompok usia 12 tahun pravalensi penyakit periodontal menyerang 80,8% anak dan penyakit karies gigi anak 72,1%.( Depkes RI 1999) Oleh WHO telah ditetapkan “Oral Healt Global Indicator For 2000” DMF-T tidak lebih dari 3 pada kelompok umur 12 tahun. Menurut WHO keadaan karies gigi di Indonesia cenderung meningkat dari DMF-T = 0,7 (1973), menjadi 2,3 (1979- 1982) dan pada survey kesehatan gigi terakhir = 2,6 (1984- 1988), inimenunjukkan dari tahun 1979- 1988 kesehatan gigi di Indonesia terus mengalami angka penurunan. Status kesehatan pada anak kelompok usia 12 tahun ini merupakan indikator utama dalam pengukuran pengalaman kerusakan karies gigi .(Depkes RI 1999)

 Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1 Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI 2001, di antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.2 Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini dan secara kontiniu.

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia, sebab gigi memiliki sifat “progresif” yaitu apabila tidak dirawat dan diobati akan mengakibatkan makin parah dan bersifat “Irreversibble” yaitu apabila ada jaringan yang sudah rusak tidak akan dapat tumbuh kembali (SKKRT, 1995). Hal inilah yang sangat kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga angka kesehatan gigi tiap tahunnya hampir selalu menglami penurunan.

 Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak. 

Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.

Salah satu usaha yang telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi pada anak adalah melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), yaitu salah satu program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan generasi yang sehat. 

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini.



UKGS diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, di bawah binaan puskesmas dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Untuk pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu, UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS diselenggarakan oleh guru penjaskes dan guru pembina UKGS, UKGS Tahap II/Paket Standar UKS diselenggarakan oleh guru dan tenaga kesehatan puskesmas, sedangkan UKGS Tahap III/Tahap Optimal UKS diselenggarakan oleh guru, tenaga puskesmas dan tenaga kesehatan gigi.

Pengertian UKGS

UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna.10 UKGS menurut Depkes RI adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal. 

Kegiatan UKGS dilakukan sesuai keadaan tenaga dan fasilitas di Puskesmas, dan dibagi dalam 3 tahap/paket, yaitu :
1. Tahap I atau paket minimal UKGS.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi.
Kegiatan berupa :
a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh para guru sesuai dengan kurikulum Departemen dan Kebudayaan 1994.
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care of demand).
g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih (kelas VI) sesuai kebutuhan (treatment need).
h. Rujukan bagi yang memerlukan.

Tujuan UKGS

Perubahan perilaku individu dapat terjadi secara alamiah melalui lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Namun ada pula perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis, yaitu perubahan melalui pendidikan. UKGS merupakan sarana dalam upaya mengubah perilaku siswa dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa.
Tujuan UKGS yaitu :
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dengan jalan mengadakan usaha preventif dan promotif.
2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).
3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar itu mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha prevensi gagal melalui sistem selektif.
5. Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dengan suatu sistem pembiayaan yang bersifat praupaya (prepayment system).

Lingkup yang dilayani oleh Kegiatan UKGS

Lingkup kegiatan UKGS melayani setiap aspek pelayanan kesehatan gigi tiap – tiap sekolah di masing – masing kecamatan.
UKGS di lingkungan Sekolah Dasar Tingkat (SDT) mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar (6-14 tahun) sampai usia 18 tahun. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah agar mendapatkan generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
Dalam wilayah kerja Puskesmas, program UKGS harus meliputi sasaran sabagai berikut :
1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal.
3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on demand).
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan perawatan (treatment need).

Fasilitas dan Peralatan UKGS

Fasilitas dan peralatan perlu juga diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tempat dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Alat bantu pelaksanaan UKGS dapat berupa poster mengenai bentuk gigi, gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi, sikat gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan.

Tenaga Pelaksana UKGS
 
UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi dan mulut seperti dokter gigi, perawat gigi, dan dibantu oleh wakil masyarakat sekolah yaitu kepala sekolah, guru kelas dan orang tua murid. Tim kesehatan gigi dan mulut sebagai tenaga inti dalam pelaksanaan UKGS. Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena kegiatan UKGS dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan UKGS tersebut.

Pelaksanaan UKGS
 
Pelaksanaan program UKGS dapat melalui upaya promotif dan preventif. Upaya promotif lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru setelah guru sekolah memperoleh pegangan/pedoman hasil dari penataran, mereka dapat menjalankan program

penerangan pendidikan kesehatan gigi dengan jalan memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif meliputi upaya pembersihan karang gigi, sikat gigi massal dan pemberian fluor. Pembersihan karang gigi dilakukan secara selektif kepada anak-anak yang membutuhkan.

Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program UKGS untuk mencegah atau mengurangi karies gigi atau penyakit gigi lainnya.
Program ini meliputi pencegahan penyakit gigi dan perawatan, yaitu :
1. Pemeriksaan teratur.
2. Diagnosa untuk menentukan perawatan apa yang diperlukan.
3. Pembersihan rongga mulut.
4. Pemberian pendidikan kesehatan gigi di klinik.
5. Mempelajari cara memelihara kebersihan mulut.
6. Pengulasan Fluor untuk mencegah kerusakan gigi.
7. Pencabutan gigi susu dengan Chlor Acethyl.
8. Penambalan gigi tetap dengan amalgam.
 
Lebih rincinya ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan melalui program UKGS, yaitu :
a). Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan diberikan oleh dokter gigi dengan dibantu gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan, selain tentang kesehatan gigi, diberikan juga penyuluhan tentang bagaimana menjaga kesehatan mulut yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan gigi. Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena penyuluhan ini dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran.

Tujuan penyuluhan tersebut adalah agar siswa/i lebih sadar bagaimana seharusnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya masing-masing. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan tersebut. Perawatan gigi dan mulut ditunjukkan dalam memperoleh pengobatan yang diperlukan, terutama pengobatan dalam menghilangkan rasa sakit, dan mencegah kerusakan gigi semakin parah. Sebaiknya sebelum dilakukan perawatan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan untuk membuat data setiap siswa/i. Pada tiap-tiap awal tahun pengajaran dilakukan pemeriksaan awal untuk dibuatkan kartu status tentang keadaan gigi geligi masing-masing juga tentang kesehatan mulut secara keseluruhan. Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh gambaran mengenai berapa jumlah siswa/i yang memerlukan penambalan dan pencabutan diberikan surat untuk ditandatangani orang tuanya sebagai tanda persetujuan bahwa putra/i-nya diizinkan dirawat di sekolah. Mengingat UKGS bukanlah poliklinik, maka perawatan yang diberikan hanyalah penambalan tetap, pencabutan gigi susu yang sudah saatnya tanggal, pengobatan gigi untuk menghilangkan rasa sakit/pencegahan kerusakan lebih lanjut.

b). Menyikat gigi dengan pasta fluoracil. Kegiatan ini dilakukan di tempat khusus yang sudah disediakan sekolah dan sebaiknya dilengkapi juga dengan cermin, sehingga mereka dapat melihat sendiri pada saat mereka menyikat gigi. Cara sikat gigi yang baik dan benar diajarkan oleh perawat yang bertugas di lokasi sekolah tersebut. Untuk menguji apakah siswa/i telah menyikat gigi dengan bersih diberikan suatu larutan (disclosing solution) yang berwarna merah. Jika masih banyak sisa-sisa makanan/lapisan plak yang menempel akan terlihat banyak bagian gigi (email) yang berwarna merah. Kepada siswa/i yang belum menyikat giginya dengan bersih dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan menyikat gigi ini. Dengan cara tersebut diharapkan setiap siswa/i mempunyai pengalaman dan latihan untuk mengetahui berapa lama seseorang harus menyikat gigi sampai bersih betul. Kegiatan sikat gigi bersama ini dapat dilakukan beberapa kali dalam satu bulan.
 
c). Kumur-kumur dengan larutan fluor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lapisan gigi yang lebih tahan terhadap serangan asam. Asam merupakan hasil akhir dari sisa-sisa makanan terutama yang mengandung karbohidrat. Dengan lapisan email yang lebih tahan terhadap asam, diharapkan tidak akan cepat terjadi lubang pada gigi (karies).

Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

Status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah ditentukan berdasarkan Indeks karies dan OHI-S. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies gigi yang dinyatakan dengan indeks DMFT (Decay Missing Filling Tooth). Menurut WHO, anak usia 12 tahun adalah usia penting, karena selain anak akan meninggalkan bangku SD, juga merupakan usia gigi bercampur karena gigi permanen telah erupsi, kecuali gigi molar ketiga. Anak usia 12 tahun adalah sebuah sampel yang reliable, dan mudah diperoleh di sekolah.

Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dialami oleh setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Walaupun demikian, karies gigi dapat dicegah dan dirawat. 

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum) sehingga menyebabkan lubang pada gigi.

Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks yang diperkenalkan oleh Wim Van Palenstein. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut tidak tumbuh.

Indeks karies terdiri atas komponen D, M, F dan P, U, F, A sebagai berikut :
1. Komponen D (decayed) meliputi gigi tetap dengan satu lesi karies yang belum mengenai pulpa.
2. KomponenM (missing) yaitu gigi tetap yang sudah dicabut.
3. Komponen F (filled) yaitu gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna.
4. Komponen P (pulp involvement) yaitu gigi dengan karies yang telah mengenai pulpa.
5. Komponen U (traumatic ulceration) yaitu gigi dengan karies yang telah mengenai pulpa dan menyebabkan ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah dan mukosa bukal.
6. Komponen F (fistula) yaitu gigi dengan karies yang mengenai pulpa disertai adanya saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa pada gigi.
7. Komponen A (abscess) yaitu gigi dengan karies yang mengenai pulpa disertai adanya pembengkakan yang mengandung pus.
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dicegah dan dirawat. Ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan rongga mulut, yaitu menjaga kebersihan mulut, pengaturan makanan, serta terapi fluorida.

1. Menjaga Kebersihan Mulut
Kebersihan mulut yang baik diperlukan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur. Salah satu cara menjaga kebersihan mulut yaitu dengan menyikat gigi secara teratur, kumur-kumur memakai alat semprot dimana sisa makanan setelah sikat gigi dan pemakaian benang gigi dapat dihilangkan dengan kumur-kumur yang kuat, yaitu dengan cara menghisap-hisap cairan tersebut di antara gigi dan mulut dengan gerakan otot-otot bibir lidah dan pipi di mana gigi dalam keadaan tertutup ± 30 detik.29 Data SKRT 2001 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran gigi, yakni setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat giginya, padahal plak hanya dapat dihilangkan dengan menyikat gigi.

2. Pengaturan Makanan
Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula perlu diperhatikan. Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karet dengan xylitol dapat melindungi gigi. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xylitol. Riset terkini menegaskan, kebiasaan mengunyah permen karet dengan pemanis xylitol sangat efektif mencegah kerusakan gigi. Xylitol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat dilakukannya mengingat xylitol tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan Streptococcus mutans menjadi demikian terhambat.

3. Terapi Fluorida
Terapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk mencegah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Fluorida dapat membuat enamel resisten terhadap karies. Fluorida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.

Oral Higiene
 
Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (OHI-S), dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.

Gigi yang diperiksa adalah gigi yang telah erupsi sempurna dan jumlah gigi yang diperiksa ada enam buah gigi tertentu dan permukaan yang diperiksa tertentu pula. Skor debris diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.
2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan gigi.

Psikologi anak

1. Apabila satu anak takut, secara langsung akan mempengaruhi anak yang lain ikut takut untuk diperiksa sehingga sangat menyulitkan perawat untuk bekerja secara optimal. Hal ini disebabkan karena pada saat perawat melakukan perawatan pada satu anak, secara tidak langsung anak yang lain ikut melihat yang pada akhirnya menimbulkan rasa takut dan akhirnya menimbulkan ke engganan untuk diperiksa.

2. Image tentang perawat dan dokter UKGS yang tidak bersahabat di mata anak – anak sehingga menyebabkan anak cenderung menolak sebelum akan diperiksa dan dirawat giginya.

Image dokter gigi

Dianggap sebagai sesuatu hal yang menakutkan bagi masyarakat terutama anak – anak sehingga mengakibatkan anak merasa takut untuk dirawat dan diperiksa.

Usaha-usaha Meningkatkan Pelayanan UKGS

1. Aspek Fungsi
a. Bagaimana menentukan spesifikasi pra sarana peralatan medis pelayanan Usaha Kesehatan gigi Seklah ( UKGS ) yang disesuaikan dengan tindakan medis yang diperlukan
b. Pemanfaatan lebih efisiensi penggunaan space ruang interior kendaraan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dari kendaraan yang ada sebelumnya( UKGS ).
c. penataan ulang system konfigurasi furniture medis pelayanan kesehatan gigi yang digunakan dalam kendaraan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi sekolah sehingga performa pelayanan dapat ditingkatkan.
d. Pemelihan chasis dan jenis kendaraan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang tepat guna sehingga kegiatan dapat berjalan lebih optimal.
e. Penyediaan pelayanan kesehatan gigi yang terintregrasi

2. Aspek estetika
 
a. Bagaimana mendesain eksterior kendaraan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah agar dapat menimbulkan suatu image yang menarik, dan menyenangkan untuk anak – anak.
b. Bagaimana menampilkan image interior kendaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang dapat memberikan kemudahan bagi dokter dan perawat yang bekerja di dalamnya.
c. Bagaimana mendesain furniture untuk kendaraan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dengan desain yang tepat guna.

3. Aspek produksi
a. Bagaimana mendesain furniture kendaraan pelayanan kesehatan gigi keliling yang mudah diproduksi
b. Bagaimana memilih basis kendaraan pelayanan kesehatan gigi keliling yang dapat menampung spesifikasi peralatan medis yang dibutuhkan 

4. Aspek teknologia. Bagaimana memilih stretcher pasien gigi dengan spesifikasi yang tepat sehingga sesuai dengan kebutuhan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
b. Bagaimana menetukan sumber tenaga yang sesuai dengan kebutuhan opersional kendaraan pelayanan kesehatan gigi keliling.
c. Bagaimana memilih teknologi penerangan yang sesuai dengan skala tindakan medis yang dilakukan pada kendaraan pelayanan kesehatan gigi keliling.

0 komentar:

Posting Komentar