Rabu, 05 Oktober 2011

Macam-macam Gangguan Akibat Kekurangan Gizi dan Vitamin

Pendahuluan

Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi (Atmarita, 2004). Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. 

Akhir-akhir ini, di masyarakat kita mulai menyeruak banyak masalah kesehatan dan gizi yang perlu mandapat perhatian. Kasus busung lapar misalnya, merupakan contoh betapa pemahaman kese-hatan di masyarakat masih minimal. Sehingga kita tercengang ketika data menunjukkan bahwa di Indonesia anak-anak Balita (di bawah lima tahun) delapan persen menderita busung lapar alias gizi buruk. Kalau proyeksi penduduk Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik tahun 2005 ini jumlah anak Balita usia 0-4 tahun berjumlah 20,87 juta anak (Kom-pas, 28 Mei 2005), itu berarti saat ini ada sekitar 1,67 juta anak Balita yang menderita busung lapar. Belum lagi kasus polio dan kusta yang tahun ini juga sempat mencuat di beberapa daerah di Indonesia.

Sudah lama diketahui bahwa orang yang kekurangan gizi lebih berisiko terhadap penyakit infeksi karena tanggapan kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Ini yang disebut ‘lingkaran setan.' Dampak dari penyakit infeksi tertentu, termasuk HIV dan tuberkulosis (TB), dapat menjadi lebih buruk apabila orang yang terinfeksi kekurangan gizi. Kekurangan gizi protein-kalori mempunyai dampak negatif yang bermakna terhadap berbagai komponen sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan penurunan fungsi organ sistem kekebalan (timus, limpa, kelenjar getah bening) pada orang yang kekurangan gizi.

Cabang sistem kekebalan yang membuat antibodi melemah pada kasus malanutrisi, terutama dengan menurunnya jumlah sel-B yang beredar dan tanggapan antibodi. Terkait dengan cabang sistem kekebalan lain, orang yang kekurangan gizi menunjukkan penurunan jumlah sel CD4 dan CD8, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan diri atau menanggapi organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri mereka. Mekanisme lain yang membunuh organisme infeksi juga ditekan pada malanutrisi. Fungsi sitokin, zat kimia yang berperan sebagai pembawa pesan sel, berubah pada orang yang kekurangan gizi. Mengganti kalori dan protein adalah intervensi yang sulit namun penting bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk ditingkatkan seefektif seperti tanggapan kekebalan untuk melawan infeksi oportunistik.



Penyakit dan Gizi

Ada beberapa penyakit yang terkait langsung dengan kekurangan gizi ini, yaitu : a) gondok endemik, b)
diare, c) kekurangan vitamin (avitaminosis), d) anemia gizi (Depkes, 1990)
a) Gondok endemik, yaitu pem-besaran kelenjar tyroid akibat kekurangan unsur yodium yang diperlukan  untuk pembentukan hormon tyroid dalam waktu lama.
b) Kekurangan vitamin, menderita salah satu penyakit akibat kekurangan salah satu vitamin. Misalnya kekurangan vitamin A bisa mengakibatkan buta senja, anemia, atau mudah terkena diare.
c) Anemia gizi adalah keadaan


Macam dan Jenis Vitamin

1. Vitamin A
- sumber vitamin A =
susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah
dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain)
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A =
rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh,
kulit yang tidak sehat, dan lain-lain.
 
2. Vitamin B1
- sumber yang mengandung vitamin B1 =
gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 =
kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
 
3. Vitamin B2
- sumber yang mengandung vitamin B2 =
sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 =
turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah,
sariawan, dan sebagainya.
 
4. Vitamin B3
- sumber yang mengandung vitamin B3 =
buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging unggas dan
sebagainya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 =
terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan
lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain
 
5. Vitamin B5
- sumber yang mengandung vitamin B5 =
daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan banyak lagi yang lain.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 =
otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain

6. Vitamin B6
- sumber yang mengandung vitamin B6 =
kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan
lain-lain.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 =
pelagra alias kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan
banyak lagi lainnya.
 
7. Vitamin B12
- sumber yang mengandung vitamin B12 =
telur, hati, daging, dan lainnya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 =
kurang darah atau anemia, gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada
kulit, dan sebagainya
 
8. Vitamin C
- sumber yang mengandung vitamin C =
jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lain
sebagainya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C =
mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain
 
9. Vitamin D
- sumber yang mengandung vitamin D =
minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D =
gigi akan lebih mudah rusak, otok bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan
tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
 
10. Vitamin E
- sumber yang mengandung vitamin E =
ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan, havermut,
dsb
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E =
bisa mandul baik pria maupun wanita, gangguan syaraf dan otot, dll
11. Vitamin K
- sumber yang mengandung vitamin K =
susu, kuning telur, sayuran segar, dkk
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K =
darah sulit membeku bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam
tubuh, dan sebagainya


Vitamin dan kekebalan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang HIV-positif mempunyai konsentrasi vitamin tertentu yang lebih rendah dalam darah, terutama vitamin A, B6, B12, C, E dan folat. Kekurangan vitamin A dapat mengganggu fungsi sel epitel, yang penting untuk mempertahankan struktur jaringan. Kemampuan sel kekebalan tertentu membunuh organisme infeksi dan produksi sel-B dan sel CD4 yang tergantung pada keberadaan vitamin A. Di negara berkembang dan maju, tingkat vitamin A dalam darah tampak lebih rendah pada orang HIV-positif dibandingkan orang sehat. Ini terutama benar pada orang HIV-positif dengan infeksi oportunistik atau kanker. Beta-karotin, pendahulu vitamin A, juga tampak kurang pada orang HIV-positif walaupun memakai suplemen vitamin. Karena beta-karotin adalah antioksidan yang kuat, pemakaian suplemen dapat meningkatkan jumlah CD4 dan kegiatan sel pembunuh alami. 
Peranan vitamin C yang terkait dengan kekebalan termasuk perpaduan kolagen, kegiatan ledakan oksidatif fagosit, kemampuan sel-B dan sel CD4 untuk bekerja dengan baik. Hanya sedikit penelitian klinis yang sudah dilakukan untuk menentukan manfaat suplemen vitamin C pada HIV/AIDS. Sebuah penelitian kecil pada delapan orang menunjukkan peningkatan CD4 dan penurunan viral load HIV setelah enam hari memakai vitamin C dosis tinggi (tiga gram setiap enam jam) dan N-asitilsistin (NAC). Dalam tubuh, NAC berubah menjadi glutasion, yang melindungi sel terhadap kematian dini. Efek ini hanya terlihat pada orang yang jumlah CD4 awalnya kurang dari 200. Penelitian lain menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi sesungguhnya dapat mempercepat pengembangan infeksi, maka terlalu dini untuk menyarankan vitamin C dosis tinggi.

Tingkat vitamin B12 yang rendah dalam darah tampaknya umum pada infeksi HIV. Suplemen vitamin B12 menunjukkan peningkatan jumlah CD4 dan kegiatan sel pembunuh alami pada orang yang kekurangan vitamin B12 secara bermakna. Vitamin B12 dan folat keduanya terlibat dalam pembentukan bahan genetika. Kekurangan vitamin B6 dapat terjadi sebagai akibat dari pengobatan tertentu, seperti isoniazid (obat TB). Kekurangan vitamin B6 dilaporkan terjadi pada orang HIV-positif dan tampak mengurangi tanggapan CD4 dan kemampuan sel pembunuh alami untuk membunuh organisme infeksi.

Kekurangan vitamin B6 juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tertentu. Vitamin E memainkan peranan kunci sebagai antioksidan pada dinding sel. Karena fungsinya, vitamin E dianggap sebagai sumber gizi "anti-virus", tetapi hal ini hanya ditunjukkan dalam laboratorium, tidak secara klinis. Suplemen vitamin E dan A secara bersamaan pada hewan telah menunjukkan peningkatan fungsi sel neutrofil, yang dapat membunuh organisme infeksi. Kekurangan vitamin E jarang terjadi pada manusia, walaupun kepekatan dalam darah yang rendah pernah dilaporkan terjadi pada orang dengan HIV.

Makan vitamin dan zat gizi lain ada aturan bakunya. Tidak boleh kurang, juga jangan berlebihan. Kalau ini dilanggar, apalagi sampai berlangsung lama, dapat mengganggu kesehatan. Kekurangan vitamin B12, misalnya, mengganggu pertumbuhan pada anak dan sistem saraf sehingga muncul gejala kebodohan, gampang marah, atau tersinggung. Ada sejumlah faktor penyebab defisiensi vitamin B12. Misalnya karena asupan vitamin lewat makanan kurang. Jumlah yang ditelan sedikit, atau kurang memenuhi standar yang ditetapkan. Ini bisa terjadi pada mereka yang "alergi" makanan hewani, yang notabene merupakan sumber kobalamin (nama lain vitamin B12). Pola makan vegetarian (hanya makan dari sumber nabati) juga dapat menjadi faktor penyebab kekurangan vitamin ini. Sebab, vitamin B12 ditemukan dalam produk hewan, dan jarang terdapat pada makanan nabati, kecuali kalau bahan itu berasal dari rumput laut atau yang terkontaminasi oleh feses. Beberapa rumput laut mengandung kobalamin kecuali spirulina karena hampir seluruh vitamin B12 pada spirulina merupakan analog. Makanya, mereka yang menganut pola makan vegetarian (pantang susu, telur, daging) menjadi berisiko kekurangan vitamin ini. Hampir sepertiga vegetarian yang berusia di atas 60 tahun tidak mampu lagi menyerap B12 ketika mereka makan daging dan produk susu. Hal ini karena perut mereka tidak cukup menghasilkan asam lambung, bahan pemecah bahan makanan supaya B12 dapat disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal) hingga diperlukan lagi. Tanpa asam lambung, orang yang menyantap menu dengan B12 dalam jumlah cukup pun bisa mengalami defisiensi. Sumber utama kobalamin antara lain daging beserta produk olahannya, ginjal, hati, kerang, ketam, kepiting, ikan (salmon, tuna), berbagai makanan laut (seafood) lain, unggas, dan telur. Juga susu dan produk olahannya. Sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan meningkatkan jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. Akibat kelebihan vitamin C Kobalamin merupakan senyawa larut dalam air dari keluarga vitamin B. Tidak seperti vitamin B lainnya yang tidak dapat disimpan dan harus digantikan setiap hari, B12 dapat disimpan cukup lama dalam hati dan ginjal. Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin C. Kebiasaan makan vitamin C dosis tinggi bisa mengubah sejumlah kobalamin menjadi analognya. Celakanya, di antara analog vitamin B12 itu ada yang berdaya kerja antivitamin B12. Kalau hal ini berlarut-larut, akan terjadi defisiensi kobalamin. Herbert dkk. dalam penelitian dampak kebiasaan makan vitamin C dosis tinggi, melaporkan bahwa mengkonsumsi vitamin C sebanyak 500 mg sudah menunjukkan pengaruh negatif terhadap vitamin B12. Sementara itu Hines menyebutkan, penggunaan vitamin C dosis tinggi (1 g sekali makan), mudah sekali memicu terjadinya kasus defisiensi. Konsumsi zat besi dan zat gizi lain yang bersifat antioksidan (vitamin A, vitamin E, selenium) dilaporkan juga dapat mengubah vitamin B12 menjadi analognya. Sehingga secara teoritis bisa pula memicu timbulnya defisiensi vitamin B12. Mudah marah dan tersinggung Banyak sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah
terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel, defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan murung. Defisiensi berat B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious anemia.

vitamin B12 bisa disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal), dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala defisiensi berat itu perlu waktu lima tahun atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan, biasanya pada usia pertengahan, defisiensi itu lebih karena penyakit pencernaan atau gangguan penyerapan daripada karena menu yang miskin B12, kecuali bagi yang vegetarian berat. Vitamin B12 juga merupakan koenzim penting yang dibutuhkan untuk sintesa DNA yang mengontrol pembentukan sel-sel baru. Pun B12 vital dalam mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada urat saraf. Karena berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan pembentukan sel saraf terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf. Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi, gampang bingung, delusi (berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa, geli di tangan dan kaki, serta pendengaran terganggu. Kekurangan vitamin ini juga sering ditandai dengan timbulnya
gejala kebodohan karena sistem saraf terganggu, dan demielinasi (kerusakan asam lemak mielin pada akson saraf) yang menyebar dan progresif. Pengaruh defisiensi B12 pada anak adalah terganggunya pertumbuhan. Suatu penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang vegetarian mengalami gangguan pertumbuhan (kerdil) karena asupan B12 tidak memadai. 
Selain meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal, vitamin B12 juga memelihara kesuburan. Di samping mengganggu pertumbuhan dan sistem saraf, kekurangan vitamin B12 juga menjadikan mereka gampang marah dan tersinggung. Sementara itu penyebab kerusakan sistem saraf kemungkinan karena defisiensi gugus metil lantaran tidak mampu mensintesis metionin (salah satu asam amino) dan S-adenosil metionin. Lewat oral atau injeksi Sesungguhnya tidak sulit untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin B12 dalam jumlah memadai dari sumber makanan, karena tubuh hanya membutuhkannya dalam jumlah sedikit sekali. Karena itu sesungguhnya tak perlu suplemen, kecuali kalau dokter menganjurkan. Dokter sering memberikan resep bagi mereka yang mempunyai masalah dengan penyerapan vitamin B12. Upaya untuk mengatasi kekurangan kobalamin dapat dilakukan dengan memberikan 1 mikrogram kobalamin (bentuk tablet atau cairan) per hari secara oral. Hal ini dilakukan kalau mengalami defisiensi akibat asupan B12 dari makanan kurang. Sedangkan kalau terjadinya defisiensi gara-gara penyerapan tidak memadai, terapinya bisa lewat injeksi dengan 1 mikrogram per hari. Dosis tunggal injeksi 100 mikrogram atau lebih dapat menyembuhkan setiap defisiensi vitamin B12, dengan catatan tidak ada komplikasi dengan penyakit nonsistemik atau faktor lain. Penyembuhan dengan cara ini bisa bertahan selama hidup dengan menyuntikkan 100 mikrogram vitamin B12 tiap bulan. Pemberian kobalamin dosis tinggi pun dianggap aman, karena kelebihannya akan dikeluarkan dari tubuh lewat urine. Bagi ibu hamil atau menyusui, ada patokan tertentu yang mesti diikuti. Kebutuhan fisiologis normal untuk orang dewasa sebanyak 2 mikrogram vitamin B12 per hari. Nah, sebagai pengganti vitamin yang diambil oleh janin atau bayi, wanita hamil dan menyusui membutuhkan asupan lebih tinggi. Selama akhir masa pertengahan hamil, janin mengambil kira-kira 0,2 mikrogram per hari dari cadangan ibunya. FAO maupun WHO menyarankan penambahan asupan vitamin B12 bagi wanita hamil 0,3 mikrogram per hari (sehingga kebutuhannya menjadi 2,3 mikrogram/hari). Untuk wanita menyusui, asupan menjadi 2,5 mikrogram per hari, 0,3 mikrogram di antaranya akan pindah ke air susu ibu (ASI). (Ihda R Khamid/Rye).


Mineral dan Kekebalan
Penelitian tentang mineral apa yang kurang dalam infeksi HIV saling bertentangan. Zat besi, selenium dan magnesium ditunjukkan kurang dalam beberapa penelitian. Bahkan kekurangan zat besi yang sedikit tampak mengurangi pembentukan dan kegiatan hormon timik; penurunan jumlah CD4; membahayakan fungsi CD4, sel pembunuh alami dan neutrofil; peningkatan kematian sel; merusak kemampuan sel untuk membunuh organisme infeksi; dan mengganggu pembentukan sitokin. Apabila zat besi ditambahkan dengan vitamin A, tampak peningkatan jumlah sel kekebalan pada manusia. Tingkat zat besi dalam darah pada orang HIV-positif mungkin tidak dapat menggambarkan secara tepat berapa banyak zat besi yang tersimpan dalam tubuh dan fungsi kekebalan, sehingga penggunaan suplemen diperdebatkan. Lebih lanjut, karena kerumitan yang saling mempengaruhi antara bahan gizi dalam tubuh, konsumsi zat besi yang berlebihan dapat mengganggu penyerapan tembaga. 
Peranan magnesium dalam sistem kekebalan juga belum jelas; tetapi, tingkat magnesium yang rendah sering dilaporkan terjadi pada populasi HIV/AIDS. Tingkat zat tembaga biasanya normal atau meningkat pada saat sakit berat atau trauma pada orang dengan HIV. Anemia akibat kekurangan zat besi mungkin tampak pada orang dengan penyakit/infeksi kronis, tetapi penggunaan suplemen dengan mineral ini masih diperdebatkan karena peranannya sebagai pemicu organisme infeksi. Selenium adalah sel antioksidan yang bermakna. Virus tertentu menjadi lebih kuat pada orang yang kekurangan selenium. Serupa dengan itu, hewan yang kekurangan selenium lebih rentan terhadap kerusakan jantung akibat virus. Hewan yang kekurangan zat selenium dan zat tembaga atau zat besi mempunyai neutrofil yang kurang mampu untuk membunuh organisme infeksi. Suplemen selenium mungkin melindungi terhadap kanker pada hewan dan manusia. Apabila vitamin E dan selenium ditambahkan secara bersamaan pada hewan, terjadi peningkatan jumlah sel kekebalan. Dalam sel-T, penambahan selenium menekan penggandaan HIV dan penurunan produksi sitokin yang menyebabkan
peradangan. Suplemen selenium pada orang HIV-positif yang kekurangan selenium menunjukkan peningkatan status selenium. Kekurangan selenium berhubungan dengan pengembangan virus dan kematian dalam infeksi HIV lebih banyak dibandingkan kekurangan gizi lain. Dalam beberapa penelitian, selenium dalam darah berhubungan dengan jumlah CD4, walaupun penggunaan suplemen tidak selalu menghasilkan peningkatan jumlah CD4.


Zat gizi dan kekebalan

Asam lemak omega-3 (n-3), umumnya ditemukan dalam minyak ikan, terbukti memberi dampak terhadap fungsi kekebalan. Dua asam lemak, asam eikosapentanoik (EPA) dan asam dokosaheksanoik (DHA), terbukti menurunkan peradangan dengan mengatur dan mempengaruhi sitokin pembentuk CD4. Penelitian lain menunjukkan bahwa asam lemak n-3 mengurangi kemampuan beberapa sel kekebalan untuk bereaksi terhadap organisme penyebab infeksi. DHA juga dapat memperlambat kegiatan sel pembunuh alami. Asam alfa-lipoik, antioksidan yang diteliti dalam infeksi HIV, tampak mampu untuk meregenerasi vitamin C dan E, lebih meningkatkan efek antioksidan secara keseluruhan. Asam amino tertentu, terutama glusamin dan arginin, juga berperan terhadap kekebalan. Glutamin penting dalam mempertahankan struktur dinding usus, yang mencegah organisme penyebab infeksi menembus masuk ke dalam aliran darah. Arginin berperan terhadap pembentukan oksida nitrik, yang mampu membunuh kegiatan organisme infeksi tertentu.

Sumber :
- UMM (Jenis-jenis Vitamin)
- Nutrition & Immunity (http://www.acria.org/treatment/treatment_edu_springupdate2002_eat.html)
- dll (klalen)

0 komentar:

Posting Komentar