Peningkatan epidemiologi HIV-AIDS yang cenderung meningkat setiap tahunnya dimana dua cara
penularan utama melalui penularan melalui hubungan seksual dan penularan penggunaan jarum suntik tak
steril (terutama bagi pengguna narkoba suntik). Tercatat di Indonesia terdapat 195.000 ODHA, namun
yang telah mendapatkan pengobatan terapi ARV diperkirakan sekitar 5.000 ODHA. Hal ini yang perlu
dilihat bahwa perlu lebih banyak kegiatan sosialisasi guna mengurangi penderita HIV-AIDS. Dalam
rangka penangulanggan HIV-AIDS di Indonesia pula, IDI menyusun rencana kegiatan dalam jangka
waktu 3 tahun yaitu mulai tahun 2006 hingga 2008. Rencana kegiatan ini akan disosialisasikan kesegala
instansi pemerintah maupun IDI cabang dan dinas kesehatan guna penyebaran penangulanggan HIVAIDS
di plosok Indonesia.
Garis besar rencana kegiatan strategi IDI penanggulangan HIV-AIDS:
1. Dari sudu komunikasi;
yaitu dengan melakukan diseminasi informasi dan edukasi melalui media tentang HIV AIDS. Media
utama ditargetkan adalah Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) dan Berita Ikatan Dokter Indonesia
(BIDI). Dua majalah yang terbit setiap bulannya ini diharapkan sebagai salah satu jalan untuk dapat
mengkomunikasikan informasi dan edukasi terbaru tentang perkembangan HIV-AIDS dan cara
penangulangan yang lebih efektif. Rencananya setiap edisi akan diterbitkan sebuah tulisan baik itu
sebuah penelitian, laporan kasus, ataupun mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh berbagai
instansi yang menangani bidang AIDS baik itu lembaga atau yayasan yang berkaitan dengan
penanggulangan HIV-AIDS. Langkah lain untuk mengkomunikasikan penangulangan ini adalah
dengan membuat website khusus tentang AIDS serta untuk lebih mudah dalam penyebaran informasi
ini, website tersebut akan dilink dengan website http://www.idionline.org/ dan
http://www.mkionline.or.id/. Dalam pembuatan website ini merupakan langkah awal untuk jangka
panjangnya, website ini akan digunakan sebagai salah satu program Continuing Professional
Development (CPD) tentang HIV-AIDS.
Selain kedua cara diatas IDI juga mempunyai strategi yaitu dengan mengikuti simposium-simposium
ataupun kegiatan ilmiah HIV-AIDS baik tingkat nasional maupun international. Dengan semakin
banyaknya kegiatan ilmiah akan semakin banyak pula pemikiran-pemikiran terbaru guna
penanggulangan tersebut.
Tidak hanya dengan menghadiri/mengadakan simposium atau kegiatan ilmiah namun IDI juga
memberikan jalan kepada mahasiswa atau pun tenaga kesehatan yang telah mendapatkan banyak ilmu
atau perkembangan terbaru tentang HIV-AIDS untuk diikutsertakan dalam kegiatan temu ilmiah
ASHM dengan pemilihan abstrak terbaik. Kegiatan ini juga memicu para tenaga kesehatan untuk lebih
peduli pada HIV-AIDS.
2. Selain dengan komunikasi strategi yang kedua adalah dengan menjalankan koordinasi dan
pemberdayaan profesi. Salah satu caranya adalah dengan memfungsikan sekretariat HIV-AIDS PB
IDI sebagai tempat koordinasi dan membangun jejaring dengan pihak-pihak terkait dalam
penangulangan HIV-AIDS. Dalam jangka pendek ditargetkan adanya pertemuan dengan berbagai
lembaga kesehatan seperti KPA, Depkes RI, PDPAI, MPAI untuk membangun aliansi dan membahas
system kooordinasi yang kuat. Rencana pertemuan ini akan dilakulkan setiap dua bulan dan rutin.
Dengan tujuan jangka panjang adalah Sekretariat HIV-AIDS PB IDI sebagai sumber nformasi utama
dan mendukung kegiatan ilmiah nasional tentang HIV-AIDS. Tidak itu saja, sebagai sumber data
sekretariat HIV-AIDS PB IDI akan membuat database dan direktori tentang pusat pelayanan HIVAIDS
di Indonesia dimana akan terdapat data-data kegiatan setiap lembaga yang berkaitan dengan
HIV-AIDS dan sejumlah data SDM yang telah mendapatkan pelatihan HIV-AIDS.
3. Dalam konteks pendidikan dan pelatihan. IDI merencanakan untuk materi HIV-AIDS dapat masuk
dalam kurikulum Fakultas Kedokteran, dan dalam waktu dekat Sekretariat HIV-AIDS PB IDI akan
melakukan pertemuan dengan KD, AIPKI, PDPAI, MKKI, guna penyusunan kurikulum pendidikan.
Untuk menunjang kegiatan ilmiah, IDI akan menyusun modul-modul CPD, yang akan disebarluaskan
kepada instansi kesehatan dana masyarakat guna peningkatan pengetahuan yang lebih luar tentang
HIV-AIDS. Tidak bergerak disitu saja, IDI juga merencanakan mengadakan penelitian tentang
pelayanan dan evaluasi kebijakan. Salah satu isu penelitian yang diangkat adalah tentang
pemanfaatan ARV, tentang SDM dokter yang sudah mendapat pelatihan HIV-AIDS dan lainnya.
4. Dan tak luput pula dari rencana ini adalah adanya kebijakan dan advokas, dengan malukukan
advokasi intern organisasi di badan PB IDI dan perhimpunan Spesialis dan Seminat. Dan
melakukan advokasi ekstern yang dapat mendorong peningkatan program penangulangan HIV-AIDS.
Pertemuan dengan berbagai pihak luar tidak menutup kemungkinan cara penangulangan HIV-AIDS
akan lebih efektif, karena tidak dari satu atau dua pemikiran saja namun dari berbagai sudut pandang
orang yang berbeda-beda akan menghasilkan sesuatu yang lebih dibanding dengan apa yang kita
harapakan. Kebijakan-kebijakan secara bersamaan akan diusulkan dan disusun sedemikian rupa yang
dpat digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegitan ilmiah dan sosial.
Acara penyusunan Rencana Kegiatan Strategi IDI dalam Penangulangan HIV/IADS di Indonesia
terselenggara atas kerjasama PB IDI dengan IHPCP dan turut mengundang setiap perwakilan Komisi
Penangulangan AIDS, PDPAI, WHO, Subdit HIV/AIDS P2M, Subdit TB P2M, IDI Wilayah, IDI cabang
dan lembaga kesehatan lain yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS. Acara yang
terselenggara berberapa waktu yang lalu (23 September 2006) bertempat di Hotel Grand Cempaka
Jakarta. Dengan hadirnya beberapa perwakilan dari berbagai instansi diharapakn dapat mensosialisasikan
program-program PB IDI tentang penggulangan HIV/IADS ke seluruh pihak terkait terutama para dokter
untuk meningkatkan peran dokter dalam penangulangan HIV/AIDS di Indonesia. Dan acara lokakarya ini
merupakan sebagai tempat tukar pengalaman untuk menambahakan program-program atau kegiatankegiatan
apa yang seharusnya lebih banyak dilakukan untuk menjangkau sasaran, terutama untuk di
daerah-daerah yang masih dibilang kurang perhatian dari pemerintah.
Selain acara utama yaitu penyusunan rencana Strategi PB IDI dalam Penanggulangan HIV-AIDS di
Indonesia ada seminar-seminar yang dibawakan oleh Instansi kesehatan salah satu tema yang diangkat
adalah Peran profesi atau dokter keluarga dalam penangulangan Epidemi HIV/AIDS di Indonesia
dibawakan oleh Prof. DR. Dr. F.A. Moeloek, SpOG. Dalam presentasinya dikatakan bahwa “dokter
keluarga dapat melakukan KIE tentang: Gizi Keluarga, ‘Higiene’, Narkoba, Kenakalan Remaja, Keluarga
Berencana, ‘HIV/AID’ dan ‘STD’, ‘Stress’ dan Kesehatan Jiwa di dalam keluarga.”
Sumber: BIDI November 2006
http://spiritia.or.id
0 komentar:
Posting Komentar