DEFINISI
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Pengertian tradisional dalam kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum.
Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di-rekayasa ulang dan digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel targetnya. "Vektor" dalam pengertian ini berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan materi genetik seperti DNA ke suatu sel. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010
menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Sedangkan menurut, vektor adalah arthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor – borne diseases
yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis
maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti demam berdarah, Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran
pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid
yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit :
1. Cuaca
Iklim
dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu,
sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi
musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di
samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau
menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor
arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan
ricketsia.
2. Reservoir
Hewan-hewan
yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena
penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease
adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang
pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit
ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam
reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang
menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen
mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan
kerusakan pada intermediate host.
3. Geografis
Insiden
penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah
geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen
penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan
fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever
merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh
ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh
tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.
4. Perilaku Manusia
Interaksi
antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara sembarangan,
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan
penyakit arthropoda borne diseases.
Jenis-jenis Vektor Penyakit
Sebagian
dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai
ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang
terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah
binatang, Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang
dapat menularkan penyakit :
Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah :
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
- Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
- Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
- Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
- Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
- Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain:
- Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
- Ordo isoptera, contoh rayap
- Ordo orthoptera, contoh belalang
- Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Tikus besar, (Rat) Contoh :
-Rattus norvigicus (tikus riol )
-Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
-Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah)
Arthropoda
[arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari
organ yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras, tungkai
bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta
kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis,
sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit
pada manusia.
Arthropoda
yang Penting dalam dunia Kedokteran adalah arthropoda yang berperan
penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthropods borne disease)
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Peranan Vektor Penyakit
Secara
umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular
penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk,
kecoa/lipas, lalat, semut, lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk,
pinjal, dll. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit
berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu :
a. Dari orang ke orang
b. Melalui udara
c. Melalui makanan dan air
d. Melalui hewan
e. Melalui vektor arthropoda.
Vektor penyakit dari arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.
Arthropods Borne Disease
Istilah
ini mengandung pengertian bahwa arthropoda merupakan vektor yang
bertanggung jawab untuk terjadinya penularan penyakit dari satu host
(pejamu) ke host lain. Paul A. Ketchum, membuat klasifikasi arthropods
borne diseases pada kejadian penyakit epidemis di Amerika Serikat
Transmisi Arthropoda Bome Diseases
Masuknya
agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya
gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus
pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada
tubuh vektor dan pada manusia.
1. Inokulasi (Inoculation)
Masuknya
agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh
manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa
disebut sebagai inokulasi.
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies.
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu
yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor
Disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit malaria
dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari tergantung
dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam tubuh
manusia berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis plasmodium
malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host
Disebut
sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam
tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau
siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus
sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit
malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk
anopheles adalah host definitive dan manusia adalah host intermediate.
5. Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo - Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo - developmental,
bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan siklus dan
hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative seperti plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo – propagative
seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan terakhir bila
agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak mengalami proses
multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial dalam tubuh
nyamuk culex.
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT
Upaya pengendalian serangga sebagai vektor penyakit terutama lalat dan
nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat (habitat) sebagai
sarang dan perlindungan lingkungan manusia dengan mencegah keberadaan
vektor.
Upaya dan tindakan pencegahan serta pengendalian vektor bertujuan menekan populasi dan kepadatan vektor sampai batas yang tidak merugikan dan membahayakan kesehatan manusia yang bertujuan memutus mata rantai penularan agent penyakit.
Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus dilengkapi dengan peralatan aplikasi. Banyak cara yang dapat digunakan dalam aplikasi antara lain pengasapan (Fogging) dan penyemprotan (Spraying).
Upaya pengendalian ini sangat cocok dilaksanakan dalam kondisi :
1. Penanggulangan outbreak / wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor
2. Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat menggigit (feeding)
3. Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang baik untuk mencegah keberadaan vektor.
4. Penggunaan larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih.
5. Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan prinsip-prinsip epidemiologis.
Pada panduan ini menjelaskan beberapa prinsip tentang :
1. Pengasapan (Fogging)
· Sistem Dingin (Cold System)
Sistem ini biasanya menggunakan alat aplikator Ultra Low Volume (ULV) berupa aerosol dingin yang disemprotkan dengan batuan kendaraan khusus sebagai space spraying yang menggunakan racun insektisida yang relatif lebih sedikit pada areal yang lebih luas.
Kondisi ini sangat cocok pada luar ruangan (outdoor) dengan cakupan areal ± 40 sampai dengan 50 hektar dengan jangkauan jarak pengasapan dan penyemprotan sampai dengan 100 meter dengan waktu operasional setiap siklusnya mencapai 3 jam.
· Sistem panas (Thermal System)
Sistem panas merupakan cara aplikasi insektisida bersama peralatannya menghasilkan panas yang keluar bersama asap/fog dari mesin aplikator dari pemecahan larutan insektisida yang disemburkan udara panas dari cerobong/knalpot hasil pembakaran dari mesin aplikator. Asap yang keluar dan kontak dengan udara serta bidang pengasapan terhadap vektor sasaran setelah dikontakan dengan efek sasaran akan lemah, jatuh dan mati (Knock Down Effect).
Penggunaan sistem ini sangat cocok di dalam ruangan (Indoor) karena efektifitasnya tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti suhu, panas dan kecepatan angin yang ekstrim.
Pengasapan dapat dilakukan dengan mesin aplikator/mesin fogging dengan merek yang beragam, antara lain Swingfog SN 11, SN 50, Pulsfog, Dynafog, Jetfog dan Superfogger.
Insektisida yang umum digunakan adalah Malathion dalam larutan yang diencerkan sebanyak 4- 5 % Pelarut (Solar ataupun Minyak Tanah). Malathion murni Technical Grade Insecticides (TGI) dengan Dosis murni 438 gr sama dengan 500 ml setiap hektar dengan cara sebagai berikut :
Insektisida yang umum digunakan adalah Malathion dalam larutan yang diencerkan sebanyak 4- 5 % Pelarut (Solar ataupun Minyak Tanah).
Kabut (fog) ataupun asap yang mengandung percikan aerosol dengan ukuran berkisar 0,1 – 50 micron harus mengenai serangga (vektor) atau nyamuk sasaran yaitu tubuh nyamuk, dengan demikian fog yang diaplikasikan harus merata disemua areal/bidang fogging.
PRINSIP APLIKASI FOGGING
Diperlukan tim atau tenaga khusus yang bertanggung jawab dan mengetahui aspek perencanaan dan teknis operasional fogging.
Fogging dilaksanakan dalam pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) :
1. Fogging Focus
Merupakan kegiatan pengendalian nyamuk Aedes aegypti pada areal Kasus DBD dalam radius ± 100 m dari titik kasus (Rumah Penderita) dengan 2 kali siklus fogging antara ( 7 – 14 hari) biasanya diikuti dengan abatisasi.
2. Fogging Massal
Merupakan fogging yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pengendalian lainnya yaitu Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Gerakan menguras, menutup, dan menimbun (3M plus). Fogging untuk nyamuk Anopheles dilakukan pada kasus Malaria yang tinggi dengan sasaran adalah rumah-rumah dalam areal tertentu.
1. Indikasi Daerah Pengasapan
- Adanya kasus/penderita terutama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang shock ataupun meninggal
- Jumlah kasus meningkat dalam periode waktu tertentu
2. Waktu Pengasapan
Waktu yang baik dilakukan pengasapan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus adalah :
§ Pagi hari antara jam 06.00 sampai jam 11.00
§ Sore hari antara jam 16.00 sampai matahari terbenam.
Pengasapan harus memperhatikan keadaan sebagai berikut :
§ Jangan dilakukan pengasapan saat angin berhembus dengan kencang
§ Jangan dilakukan pengasapan saat akan turun hujan
§ Jangan dilakukan pengasapan saat Suhu udara tinggi (kondisi panas terik).
3. Persiapan Pengasapan
§ Pemetaan Wilayah operasional Fogging (Denah dan Alur Transportasi)
§ Penentuan Jadwal Pengasapan Siklus I maupun Siklus II
§ Persiapan Petugas, Peralatan dan Bahan Pengasapan
§ Penentuan Formulasi dan Konsentrasi serta besarnya Nozzle mesin aplikator
§ Persiapan Rumah-rumah (Pintu dan Jendela dibuka terlebih dahulu) Penduduk keluar dari rumah, makanan dan hewan peliharaan dilindungi dengan baik
§ Penentuan Route dan alur pengasapan
4. Operasional Pengasapan.
§ Tentukan petugas operator dan pemandu/-pendamping saat fogging
§ Peracikan dan Formulasi insektisida yang digunakan. Penggunaan malathion merupakan bahan terbesar, ada juga menggunakan Merk Vectron Solution, Cynoff dalam bentuk tepung dan Icon 25 EC dll.
Malathion murni Technical Grade Insecticides (TGI) dengan Dosis murni 438 gr sama dengan 500 ml setiap hektar dengan cara sebagai berikut : 1 liter malathion 96 % Emulsi Concentrate (EC) ditambahkan dengan 19 Liter solar (Menjadi 20 Liter larutan) campuran malathion 4,8 % untuk aplikasi ( 1 Berbanding 20 ) atau 1 liter malathion 50 % EC + 10 Liter Solar menjadi 11 Liter Malathion 4,5 %. Dengan prediksi Perhitungan Insektisida Bahan :
* Untuk kapasitas Tangki 5-6 Liter
* Asap yang keluar untuk Ukuran Nozzle :
1. 0,8 mm à 10 liter/jam
2. 0,9 mm à 14 liter/jam
3. 1,0 mm à 17 liter/jam
4. 1,1 mm à 20 liter/jam
5. 1,2 mm à 24 liter/jam
6. 1,4 mm à 30 liter/jam
§ Peralatan utama yang digunakan adalah mesin aplikator/ mesin fogging (Swingfog)
Peralatan lain seperti Corong, Jerican, Literan, Ember dan Pengaduk. Peralatan Proteksi antara lain. Masker, sarung tangan Topi, Sepatu dan Pelindung mata (Goggles) dan kain Lap/Serbet
3. Bahan
* Insektisida à Malathion, Vectron, Cynoff, Icon 25 EC dll.
* Pelarut (solar ataupun minyak tanah)
* Bahan Bakar (Premium)
* Sabun dan Air untuk cuci dan kebersihan
4. Kenali dan pastikan peralatan aplikasi dengan baik dan pelajari bagian dan fungsi dari peralatan. Periksa kelengkapan peralatan pendukung dan peralatan proteksi untuk keselamatan
5. Tentukan operator dan pendamping penunjuk alur fogging.
6. Personil lain melakukan persiapan space pengasapan rumah dan lingkungannya dengan perhatian makhluk hidup lain yang terkena (Ikan, Burung dan Ternak).
7. Untuk Rumah yang telah difogging personil lain segera menutup pintu dan memberi penjelasan kepada penghuni : à Tidak perlu membersihkan sisa pengasapan di dinding dan lantai, anjuran PSN & 3 M plus untuk menghilangkan sarang dan tempat istirahat nyamuk vektor.
8. Operator fogging dan pendamping menghidupkan mesin menuju bagian belakang rumah/ruangan pengasapan dengan posisi cerobong / knalpot mesing fogging selalu datar untuk mencegah percikan api.
9. Pengasapan dilakukan dengan berjalan mundur keluar menuju pintu utama dibantu pendamping sebagai pemandu alur dan sekaligus menutup pintu untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan aktif membunuh nyamuk vektor ± 30 – 60 menit baru masuk ruangan rumah.
10. Perhatikan kran asap dan cerobong jangan timbul percikan api
11. Setelah pengasapan tutup semua kran asap maupun kran cairan dan peralatan di dingin kan pada tempat yang jauh dari benda dan bahan yang dapat menimbulkan ledakan.
2. Penyemprotan (Spraying)
1. Peracikan dan Formulasi insektisida yang digunakan. malathion, Vectron Solution, Cynoff dalam bentuk tepung dan Icon 25 EC, lebacyde dll. Biasanya diguanakan dalam pengendalian Lalat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan Kecoak serta Residual Effect pada pemberantasan Malaria.
2. Peralatan utama yang digunakan adalah mesin aplikator /mesin spaying (Knapsack Sraying dan Sprayier Hudson)
Peralatan lain seperti Corong, Jerican, Literan, Ember dan Pengaduk Sudder Fly Grill, Cone trap/Fly Trap serta Counter dan Perangkap Kecoak .
Peralatan Proteksi antara lain. Masker, sarung tangan Topi, Sepatu dan Pelindung mata (Goggles) dan kain Lap/Serbet
3. Bahan
* Insektisida Malathion, Icon, dll
* Pelarut (air dan goloongan alkohol)
* Sabun dan Air untuk cuci dan kebersihan operator spraying
4. Operasional Penyemprotan
· Waktu pelaksanaan pada areal spraying harus dikonfirmasi dengan pengelola lokasi penghuni dan dan perangkat wilayah setempat (TPA, TPS Kantor dan perumahan)
· Kenali dan pastikan peralatan aplikasi dengan baik dan pelajari bagian dan fungsi dari peralatan. Periksa kelengkapan peralatan pendukung dan peralatan proteksi untuk keselamatan.
· Siapkan dan buat formulasi bahan untuk penyemprotan sesuai dosis dan kebutuhan.
· Mapping areal spraying dan sketsa /alur.
· Tentukan operator dan luas areal yang akan disemprot
· Untuk Rumah yang telah disemprot personil lain segera menutup pintu dan memebri penjelasan tentang :
Tidak perlu membersihkan sisa pengasapan di dinding dan lantai, anjuran PSN & 3 M plus untuk menghilangkan sarang dan tempat istirahat nyamuk vektor.
· Operator spraying memompa alat sesuai tekanan yang dibutuh sesuai space yang akan disemprot dan luas bidang semprot dengan posisi semburan (nozzle) bisa secara horizontal pada bidang maupun vertikal dengan jarak bidang semprot dengan operator memperhatikan pantulan bahan insektisida dan kecepatan angin untuk mengantisipasi bahan insektisida mengenai tubuh operator.
· Perhatikan sempburan alat semprot jangan sampai macet dan tersendat untuk mencgah bocornya tangkai nozzle yang bisa mengenai tubuh operator.
· Setelah berakhir penyempotan bersihkan seluruh peralatan yang digunakan dengan air bersih mengalir dan sabun lalu dikeringkan baru disimpan.
thanx 4 reading ;)
Upaya dan tindakan pencegahan serta pengendalian vektor bertujuan menekan populasi dan kepadatan vektor sampai batas yang tidak merugikan dan membahayakan kesehatan manusia yang bertujuan memutus mata rantai penularan agent penyakit.
Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus dilengkapi dengan peralatan aplikasi. Banyak cara yang dapat digunakan dalam aplikasi antara lain pengasapan (Fogging) dan penyemprotan (Spraying).
Upaya pengendalian ini sangat cocok dilaksanakan dalam kondisi :
1. Penanggulangan outbreak / wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor
2. Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat menggigit (feeding)
3. Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang baik untuk mencegah keberadaan vektor.
4. Penggunaan larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih.
5. Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan prinsip-prinsip epidemiologis.
Pada panduan ini menjelaskan beberapa prinsip tentang :
1. Pengasapan (Fogging)
· Sistem Dingin (Cold System)
Sistem ini biasanya menggunakan alat aplikator Ultra Low Volume (ULV) berupa aerosol dingin yang disemprotkan dengan batuan kendaraan khusus sebagai space spraying yang menggunakan racun insektisida yang relatif lebih sedikit pada areal yang lebih luas.
Kondisi ini sangat cocok pada luar ruangan (outdoor) dengan cakupan areal ± 40 sampai dengan 50 hektar dengan jangkauan jarak pengasapan dan penyemprotan sampai dengan 100 meter dengan waktu operasional setiap siklusnya mencapai 3 jam.
· Sistem panas (Thermal System)
Sistem panas merupakan cara aplikasi insektisida bersama peralatannya menghasilkan panas yang keluar bersama asap/fog dari mesin aplikator dari pemecahan larutan insektisida yang disemburkan udara panas dari cerobong/knalpot hasil pembakaran dari mesin aplikator. Asap yang keluar dan kontak dengan udara serta bidang pengasapan terhadap vektor sasaran setelah dikontakan dengan efek sasaran akan lemah, jatuh dan mati (Knock Down Effect).
Penggunaan sistem ini sangat cocok di dalam ruangan (Indoor) karena efektifitasnya tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti suhu, panas dan kecepatan angin yang ekstrim.
Pengasapan dapat dilakukan dengan mesin aplikator/mesin fogging dengan merek yang beragam, antara lain Swingfog SN 11, SN 50, Pulsfog, Dynafog, Jetfog dan Superfogger.
Insektisida yang umum digunakan adalah Malathion dalam larutan yang diencerkan sebanyak 4- 5 % Pelarut (Solar ataupun Minyak Tanah). Malathion murni Technical Grade Insecticides (TGI) dengan Dosis murni 438 gr sama dengan 500 ml setiap hektar dengan cara sebagai berikut :
Insektisida yang umum digunakan adalah Malathion dalam larutan yang diencerkan sebanyak 4- 5 % Pelarut (Solar ataupun Minyak Tanah).
Kabut (fog) ataupun asap yang mengandung percikan aerosol dengan ukuran berkisar 0,1 – 50 micron harus mengenai serangga (vektor) atau nyamuk sasaran yaitu tubuh nyamuk, dengan demikian fog yang diaplikasikan harus merata disemua areal/bidang fogging.
PRINSIP APLIKASI FOGGING
Diperlukan tim atau tenaga khusus yang bertanggung jawab dan mengetahui aspek perencanaan dan teknis operasional fogging.
Fogging dilaksanakan dalam pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) :
1. Fogging Focus
Merupakan kegiatan pengendalian nyamuk Aedes aegypti pada areal Kasus DBD dalam radius ± 100 m dari titik kasus (Rumah Penderita) dengan 2 kali siklus fogging antara ( 7 – 14 hari) biasanya diikuti dengan abatisasi.
2. Fogging Massal
Merupakan fogging yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pengendalian lainnya yaitu Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Gerakan menguras, menutup, dan menimbun (3M plus). Fogging untuk nyamuk Anopheles dilakukan pada kasus Malaria yang tinggi dengan sasaran adalah rumah-rumah dalam areal tertentu.
1. Indikasi Daerah Pengasapan
- Adanya kasus/penderita terutama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang shock ataupun meninggal
- Jumlah kasus meningkat dalam periode waktu tertentu
2. Waktu Pengasapan
Waktu yang baik dilakukan pengasapan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus adalah :
§ Pagi hari antara jam 06.00 sampai jam 11.00
§ Sore hari antara jam 16.00 sampai matahari terbenam.
Pengasapan harus memperhatikan keadaan sebagai berikut :
§ Jangan dilakukan pengasapan saat angin berhembus dengan kencang
§ Jangan dilakukan pengasapan saat akan turun hujan
§ Jangan dilakukan pengasapan saat Suhu udara tinggi (kondisi panas terik).
3. Persiapan Pengasapan
§ Pemetaan Wilayah operasional Fogging (Denah dan Alur Transportasi)
§ Penentuan Jadwal Pengasapan Siklus I maupun Siklus II
§ Persiapan Petugas, Peralatan dan Bahan Pengasapan
§ Penentuan Formulasi dan Konsentrasi serta besarnya Nozzle mesin aplikator
§ Persiapan Rumah-rumah (Pintu dan Jendela dibuka terlebih dahulu) Penduduk keluar dari rumah, makanan dan hewan peliharaan dilindungi dengan baik
§ Penentuan Route dan alur pengasapan
4. Operasional Pengasapan.
§ Tentukan petugas operator dan pemandu/-pendamping saat fogging
§ Peracikan dan Formulasi insektisida yang digunakan. Penggunaan malathion merupakan bahan terbesar, ada juga menggunakan Merk Vectron Solution, Cynoff dalam bentuk tepung dan Icon 25 EC dll.
Malathion murni Technical Grade Insecticides (TGI) dengan Dosis murni 438 gr sama dengan 500 ml setiap hektar dengan cara sebagai berikut : 1 liter malathion 96 % Emulsi Concentrate (EC) ditambahkan dengan 19 Liter solar (Menjadi 20 Liter larutan) campuran malathion 4,8 % untuk aplikasi ( 1 Berbanding 20 ) atau 1 liter malathion 50 % EC + 10 Liter Solar menjadi 11 Liter Malathion 4,5 %. Dengan prediksi Perhitungan Insektisida Bahan :
* Untuk kapasitas Tangki 5-6 Liter
* Asap yang keluar untuk Ukuran Nozzle :
1. 0,8 mm à 10 liter/jam
2. 0,9 mm à 14 liter/jam
3. 1,0 mm à 17 liter/jam
4. 1,1 mm à 20 liter/jam
5. 1,2 mm à 24 liter/jam
6. 1,4 mm à 30 liter/jam
§ Peralatan utama yang digunakan adalah mesin aplikator/ mesin fogging (Swingfog)
Peralatan lain seperti Corong, Jerican, Literan, Ember dan Pengaduk. Peralatan Proteksi antara lain. Masker, sarung tangan Topi, Sepatu dan Pelindung mata (Goggles) dan kain Lap/Serbet
3. Bahan
* Insektisida à Malathion, Vectron, Cynoff, Icon 25 EC dll.
* Pelarut (solar ataupun minyak tanah)
* Bahan Bakar (Premium)
* Sabun dan Air untuk cuci dan kebersihan
4. Kenali dan pastikan peralatan aplikasi dengan baik dan pelajari bagian dan fungsi dari peralatan. Periksa kelengkapan peralatan pendukung dan peralatan proteksi untuk keselamatan
5. Tentukan operator dan pendamping penunjuk alur fogging.
6. Personil lain melakukan persiapan space pengasapan rumah dan lingkungannya dengan perhatian makhluk hidup lain yang terkena (Ikan, Burung dan Ternak).
7. Untuk Rumah yang telah difogging personil lain segera menutup pintu dan memberi penjelasan kepada penghuni : à Tidak perlu membersihkan sisa pengasapan di dinding dan lantai, anjuran PSN & 3 M plus untuk menghilangkan sarang dan tempat istirahat nyamuk vektor.
8. Operator fogging dan pendamping menghidupkan mesin menuju bagian belakang rumah/ruangan pengasapan dengan posisi cerobong / knalpot mesing fogging selalu datar untuk mencegah percikan api.
9. Pengasapan dilakukan dengan berjalan mundur keluar menuju pintu utama dibantu pendamping sebagai pemandu alur dan sekaligus menutup pintu untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan aktif membunuh nyamuk vektor ± 30 – 60 menit baru masuk ruangan rumah.
10. Perhatikan kran asap dan cerobong jangan timbul percikan api
11. Setelah pengasapan tutup semua kran asap maupun kran cairan dan peralatan di dingin kan pada tempat yang jauh dari benda dan bahan yang dapat menimbulkan ledakan.
2. Penyemprotan (Spraying)
1. Peracikan dan Formulasi insektisida yang digunakan. malathion, Vectron Solution, Cynoff dalam bentuk tepung dan Icon 25 EC, lebacyde dll. Biasanya diguanakan dalam pengendalian Lalat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan Kecoak serta Residual Effect pada pemberantasan Malaria.
2. Peralatan utama yang digunakan adalah mesin aplikator /mesin spaying (Knapsack Sraying dan Sprayier Hudson)
Peralatan lain seperti Corong, Jerican, Literan, Ember dan Pengaduk Sudder Fly Grill, Cone trap/Fly Trap serta Counter dan Perangkap Kecoak .
Peralatan Proteksi antara lain. Masker, sarung tangan Topi, Sepatu dan Pelindung mata (Goggles) dan kain Lap/Serbet
3. Bahan
* Insektisida Malathion, Icon, dll
* Pelarut (air dan goloongan alkohol)
* Sabun dan Air untuk cuci dan kebersihan operator spraying
4. Operasional Penyemprotan
· Waktu pelaksanaan pada areal spraying harus dikonfirmasi dengan pengelola lokasi penghuni dan dan perangkat wilayah setempat (TPA, TPS Kantor dan perumahan)
· Kenali dan pastikan peralatan aplikasi dengan baik dan pelajari bagian dan fungsi dari peralatan. Periksa kelengkapan peralatan pendukung dan peralatan proteksi untuk keselamatan.
· Siapkan dan buat formulasi bahan untuk penyemprotan sesuai dosis dan kebutuhan.
· Mapping areal spraying dan sketsa /alur.
· Tentukan operator dan luas areal yang akan disemprot
· Untuk Rumah yang telah disemprot personil lain segera menutup pintu dan memebri penjelasan tentang :
Tidak perlu membersihkan sisa pengasapan di dinding dan lantai, anjuran PSN & 3 M plus untuk menghilangkan sarang dan tempat istirahat nyamuk vektor.
· Operator spraying memompa alat sesuai tekanan yang dibutuh sesuai space yang akan disemprot dan luas bidang semprot dengan posisi semburan (nozzle) bisa secara horizontal pada bidang maupun vertikal dengan jarak bidang semprot dengan operator memperhatikan pantulan bahan insektisida dan kecepatan angin untuk mengantisipasi bahan insektisida mengenai tubuh operator.
· Perhatikan sempburan alat semprot jangan sampai macet dan tersendat untuk mencgah bocornya tangkai nozzle yang bisa mengenai tubuh operator.
· Setelah berakhir penyempotan bersihkan seluruh peralatan yang digunakan dengan air bersih mengalir dan sabun lalu dikeringkan baru disimpan.
thanx 4 reading ;)
0 komentar:
Posting Komentar