2.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi.
2.2. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan
anda dan gejala pada masing-masing wanita hamil berbeda-beda. Ada yang mengalami gejala-gejala kehamilan sejak awal, ada yang beberapa minggu kemudian, atau bahkan tidak memiliki gejala kehamilan dini. Namun, tanda yang pasti dari kehamilan adalah terlambatnya periode menstruasi. Selain itu didapatkan tanda-tanda lain yaitu :
2.2.1. Nyeri atau payudara yang terasa membesar, keras, sensitif dengan sentuhan. Tanda ini muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah konsepsi (pembuahan). Dalam waktu 2 minggu setelah konsepsi, payudara seorang wanita hamil akan mengalami perubahan untuk persiapan produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.
2.2.2. Mual pagi hari (morning sickness) umum terjadi pada triwulan pertama. Meskipun disebut morning sickness, namun mual dan muntah dapat terjadi kapan saja selama kehamilan. Penyebab mual dan muntah ini adalah perubahan hormonal yang dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah. Gejala ini dialami oleh 75% wanita hamil.
2.2.3. Mudah lelah, lemas, pusing, dan pingsan adalah gejala kehamilan yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah dalam kehamilan atau kadar gula darah yang rendah.
2.2.4. Sakit kepala pada umumnya muncul pada minggu ke-6 kehamilan yang disebabkan oleh peningkatan hormon.
2.2.5. Konstipasi (sulit BAB) terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan kontraksi usus menjadi lebih pelan dan makanan lebih lambat melalui saluran pencernaan.
2.2.6. Perubahan mood karena pengaruh hormon.
2.2.7. Bercak perdarahan. Terjadi ketika telur yang sudah dibuahi berimplantasi (melekat) ke dinding rahim sekitar 10-14 hari setelah fertilisasi (pembuahan). Tipe perdarahan umumnya sedikit, bercak bulat, berwarna lebih cerah dari darah haid, dan tidak berlangsung lama.
2.3. Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan
2.3.1. Asam folat. Asam folat yang dikonsumsi sebelum hamil dan selama kehamilan melindungi dari gangguan saraf pada janin (anensefali, spina bifida). Wanita hamil disarankan mengkonsumsi asam folat 400 μg/hari selama 12 minggu kehamilan karena kebutuhan asam folat tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan.
2.3.2. Zat besi. Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang bekerja mengangkut oksigen di dalam darah. Selama kehamilan, suplai darah meningkat untuk memberikan nutrisi ke janin. Suplemen besi yang dibutuhkan adalah 30 – 50 mg/hari dan disarankan pada wanita hamil dengan hemoglobin < 10 atau 10,5 g/dl pada akhir kehamilan. Selain suplemen, zat besi juga terkandung pada daging, telur, kacang, sayuran hijau, gandum, dan buah-buahan kering. Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan
perut yang kosong atau diikuti jus jeruk untuk meningkatkan penyerapan.
2.3.3. Kalsium. Kalsium penting di dalam mengatur kekuatan tulang wanita hamil dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan sebanyak 1.200 mg untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika sedang makan, diikuti dengan jus buah yang kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan.
2.4. Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal care) Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.16 Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, untuk mendapatkan pelayanan antenatal. 12
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.13 Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai :
2.4.1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2.4.2. Aspek psikologi, agar dalam menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya.
2.4.3. Aspek sosial ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemia, penyakit menahun. Ibu resiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke rumah sakit.
Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan sesuai standar 7T yaitu 17:
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2.5. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan18,19 Tujuannya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat mengenali dan menangani faktor resiko yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas anak, memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi, dan juga mengembalikan kesehatan ibu saat akhir kala nifas. 2.6. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu.20 Adapun jadwal pemeriksaan kehamilan adalah9:
2.6.1. Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu)
2.6.2. Minimal 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28) Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Minimal 2 kali pada trimester III. (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-36).
Menurut depkes RI (2002) pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas21 :
a. Kunjungan pertama (K1)
Meliputi : (1). Identitas /biodata, (2). Riwayat kehamilan, (3). Riwayat kebidanan, (4). Riwayat kesehatan, (5). Riwayat sosial ekonomi, (6). pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7). Penyuluhan dan konsultasi.
b. Kunjungan keempat(K4)
Meliputi : (1). Anamnesa keluhan/masalah, (2). Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3). Pemeriksaan psikologis, (4). Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5). Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan resiko tinggi), (6). Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). 2.7. Kegiatan Pemeriksaan Kehamilan Untuk menegakkan kehamilan dengan komplikasi pada ibu dan janin adalah dengan cara :21,22
2.7.1. Anamnesis
Kegiatan anamnesis merupakan kegiatan yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan perawatan kehamilan. Anamnesis berupa pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko
yang dimilikinya. Pelaksanaan pelayanan antenatal perlu mengetahui makna dan tujuan dari setiap pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan dalam anamnesis adalah :
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan, yang dirasakan dan dikemukan oleh ibu hamil kepada pemeriksa.
b. Identitas ibu.
Identitas yang ditanyakan adalah nama ibu, nama suami, alamat lengkap.
c. Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi reproduktif.
Pertanyaan ini meliputi hal-hal yang mungkin berkaitan dengan faktor resiko, yaitu umur ibu, paritas, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) lama haid, siklus haid dan jenis kontrasepsi yang digunakan (kalau ibu tersebut peserta KB).
d. Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang.
Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang yaitu berhubungan dengan gerakan janin, hal-hal yang dirasakan akibat perkembangan kehamilan dan penyimpangan dari normal (keadaan patologis).
2.7.2. Pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari anamnesis. Pemeriksaan ini meliputi:
a. Berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tinggi badan.
Berat ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3-0,5 Kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 Kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 Kg. Pada akhir kehamilan berat badan meningkat, maka perlu difikirkan adanya resiko (bengkak, kehamilan kembar, anak besar).
b. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.
Tekanan darah tinggi pada kehamilan merupakan resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih diatas normal, dan/atau diastolic 15 mmHg atau lebih diatas normal, kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat. Nadi yang normal adalah 80/menit. Bila nadi lebih dari 120/ menit, maka hal ini menujukkan adanya kelainan. Sesak nafas ditandai dengan frekwensi pernafasan yang meningkat dan kesulitan bernafas serta rasa lelah. Bila hal ini timbul setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari), maka kemungkinan terdapat penyakit jantung. Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50c dikatakan demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini merupakan penambahan beban bagi ibu dan harus dicari penyebabnya.
c. Adanya cacat tubuh
Cacat tubuh misalnya cacat tulang belakang yang berpengaruh terhadap kehamilan/persalinan, seperti kifosis, lordosis dan scoliosis, perlu diperhatikan karena mungkin menyebabkan gangguan pertumbuhan janin atau kesulitan dalam persalinan.
2.7.3. Pemeriksaan obstetrik
Meliputi pemeriksaan luar, pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri), dan pemeriksaan diagnostik penunjang.
a. Pemeriksaan luar
Dilakukan dengan perabaan perut. Tujuannya adalah untuk memperkirakan umur kehamilan, taksiran berat janin terhadap umur kehamilan, letak janin, turunnya bagian terendah janin dan detak jantung janin.
b. Pemeriksaan panggul dalam (pelvimentri)
Pemeriksaan panggul dalam biasanya dilakukan sekali dalam kehamilan untuk mengetahui panggul sempit, pintu atas penggul, pintu bawah panggul, dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan atau lebih.
c. Pemeriksaan diagnostik penunjang
Pemeriksaan diagnostik penunjang yang penting dalam pemeriksaan kehamilan antara lain :
c.1. Pemeriksaan Hb, pemeriksaan ini untuk menentukan kadar hemoglobin, dan derajat anemia (bila ada). c.2. Pemeriksaan urin. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya protein dan glukosa dalam urin. c.3. Lain-lain bila diperlukan. 2.8. Pelayanan dasar21 Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan kehamilan hendaknya memenuhi tiga persyaratan pokok :
2.8.1. Aspek medis, yang meliputi diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini dan pemberian terapi sesuai diagnosis.
2.8.2. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai penjagaan kesehatan diri dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko yang dimilikinya, dan pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
2.8.3. Rujukan
Ibu hamil dengan resiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas yang lengkap. 2.9. Alasan ibu tidak memeriksakan kehamilan menurut Depkes RI 22.9.1. Ibu sering kali tidak berhak memutuskan sesuatu, karena hal itu suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional.
2.9.2. Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan. 2.9.3. Beberapa ibu tidak mengatahui mereka harus memeriksakan kehamilannya. 2.9.4. Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka. 2.9.5. Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya. 2.9.6. Takhayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan (terlebih pula jika petugasnya laki-laki). 2.9.7. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada tenaga kesehatan secara umum beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah. 2.9.8. Ibu dan anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksaakan kehamilan.
2.10 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut penelitian Wibowo di Bogor tahun 1992 yang dikutip oleh Murniati, ditemukan bahwa terdapat 6 variabel penentu yang berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, yaitu: faktor akses terhadap pelayanan (jarak, tempat, waktu), faktor sosial ibu hamil ( pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor keadaan ekonomi keluarga, faktor reproduksi ibu hamil (paritas, jarak kelahiran), faktor kondisi kesehatan ibu hamil, faktor pencarian pengobatan.
2.10.1. Umur Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan umur yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan.25 Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memerhatikan kehamilannya. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya sudah menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik saat berumur 20-35 tahun.26 Menurut penelitian di Surabaya desain cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan sebanyak 83,3% kelompok umur ibu beresiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) memeriksakan kehamilannya. 27 Menurut penelitian Ari Mugiarti di Kecamatan Batealit Jepara tahun 2008 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara umur dengan pemeriksaan kehamilan (p=0,02)
2.10.2. Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.29 Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya. Sesuai dengan penelitian di Surabaya dengan desain cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan sebanyak 75% ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memeriksakan kehamilannya.27 Menurut penelitian Rizki Anna Lestari tahun 2006 di Tegal dengan desain cross sectional, ada hubungan antara pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan (p= 0,006).
2.10.3. Pekerjaan
Bila seorang ibu ikut membantu penghasilan dalam rumah tangga maka pada saat hamil mereka lebih banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran maka efeknya dapat berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan. Pekerjaan sangat menentukan terhadap seseorang untuk berbuat sesuatu kegiatan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan ibu. Dengan banyak kesibukan maka ibu kadang-kadang lupa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu. Namun pekerjaan bukanlah penghambat dalam bertindak, bila ada kemauan ataupun ibu memiliki pengetahuanyang baik terhadap kesehatan maka ia akan berusaha untuk melakukan tindakan dalam hal ini memeriksakan kehamilannya.21 2.10.4. Paritas Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi(>dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB.25 Menurut penelitian Sadik pada tahun 1996 yang dikutip oleh Henri Perangin-angin, Ibu hamil yang mempunyai anak kurang dari 3 orang memeriksakan kehamilannya sekitar 58,9% sedangkan Ibu hamil yang mempunyai anak 3 orang atau lebih memeriksakan kehamilannya 35,6%. Jadi ibu hamil dengan jumlah anak lebih sedikit cenderung akan lebih baik dalam memeriksakan kehamilannya daripada Ibu hamil dengan jumlah anak lebih banyak.31
2.10.5. Pengetahuan
Menurut Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai insentitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Pengetahuan disini yang dimaksud adalah pengetahuan ibu mengenai kehamilan. Bila pengetahuan mereka sudah baik terhadap perawatan kandungan maka kepatuhan seseorang untuk memeriksakan kehamilannya juga akan dapat terjaga. Apabila pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki maka untuk mengikuti anjuran untuk memeriksakan kehamilannya kurang dapat terwujud. Sesuai dengan penelitian di Surabaya dengan desain cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan sebanyak 56,9% ibu dengan pengetahuan baik memeriksakan kehamilannya. Menurut penelitian Murniati di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2007, ada hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p = 0,01 (p<0,05).24 2.10.6. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga merupakan sistem pendukung utama untuk memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit. Kepala keluarga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kapala rumah tangga.
Adapun dukungan keluarga yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa memberikan dorongan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.34 Menurut penelitian dengan desain cross sectional yang dilakukan Heriati di Surabaya tahun 2008, sebanyak 54,5 % ibu yang mendapat dukungan keluarga memeriksakan kehamilannya.
0 komentar:
Posting Komentar