SINDROMA GEDUNG SAKIT (SICK BUILDING SYNDROME)
Perkembangan penduduk dan ekonomi dunia mendorong terjadinya urbanisasi secara besar besaran dari desa ke kota, hampir di setiap kota-kota besar di pelosok dunia berdiri gedung gedung tinggi yang menjulang ke langit, semua ini akibat terbatasnya lahan tanah untuk pemukiman,perkantoran dan pusat kegiatan ekonomi.
Gedung - gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai sirkulasi udara sendiri dengan mempergunakan sistem pengatur udara (air conditioning). Beberapa tahun belakangan ini, ternyata gedung – gedung tersebut diatas menimbulkan masalah kesehatan tersendiri dan menimbulkan gejala- grjala penyakit ysng dikenal sebagai Sick Building Syndrome. (Sidroma Gedung Sakit) Istilah sindroma gedung sakit pertama-tama diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia pada awal tahun 1980an yang lalu. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindroma ini dari berbagai negara Eropa, Amerika Serikat dan bahkan dari Singapura.
Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala – gejala penyakit akibat adanya kondisi udara yang tidak sehat atau gangguan pada sirkulasi udara di dalam suatu gedung . Keadaan gedung seperti tersebut diatas dinyatakan tidak sehat atau “sakit”, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada penghuninya.atau orang yang menggunakannya . Gejala - gejala yang timbul diduga berhubungan erat dengan kondisi tidak sehatnya udara di dalam suatu gedung. Keluhan yang ditemui pada sindroma ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sakit kepala, iritasi pada mata, hidung dan tenggorok, kulit menjadi kering dan gatal, badan lemah dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut biasanya berlangsung setidaknya 2 minggu. Keluhankeluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup mengganggu dan yang penting sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. bila hanya 2 atau 3 orang maka mungkin sekali mereka sedang menderita penyakit infeksi saluran nafas atas..
* Penyebab
Untuk dapat mengetahui penyebab sindroma ini, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi lingkungan udara atau sistem ventilasi udara di dalam suatu gedung. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), suatu badan untuk kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika Serikat telah memeriksa 446 gedung di negara itu. Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan permintaan dari pemilik/pengguna gedung-gedung itu untuk menilai apakah gedung tempat mereka bekerja masih dalam keadaan sehat atau tidak. Di Indonesia, masalah sindroma gedung sakit belum banyak diketahui oleh masyarakat luas dari belum ada kesadaran pemilik atau pengguna suatu gedung untuk memeriksakan gedung mereka bila dicurigai adanya pencemaran udara di dalam suatu gedung.
Dari hasil pemeriksaan NIOSH ( 1984) menunjukkan ada 6 sumber utama penyebab pencemaran udara yang berasal dari dalam maupun luar suatu gedung yaitu :
1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung 17%.
2. Pencemaran dari luar gedung 11%.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan 3%.
4. Pencemaran mikroba 5%.
5. Gangguan ventilasi 52%.
6. Tidak diketahui 12%.
Pencemaran udara dalam suatu gedung antara lain disebabkan oleh karena pemakaian mesin foto kopi, asap rokok dan dapur, peptisida, bahan-bahan pembersih ruangan, cat, karpet, sofa dan lain-lain.
Pencemaran akibat bahan bangunan seperti formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut. Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditentukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh sistemnya.
1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung 17%.
2. Pencemaran dari luar gedung 11%.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan 3%.
4. Pencemaran mikroba 5%.
5. Gangguan ventilasi 52%.
6. Tidak diketahui 12%.
Pencemaran udara dalam suatu gedung antara lain disebabkan oleh karena pemakaian mesin foto kopi, asap rokok dan dapur, peptisida, bahan-bahan pembersih ruangan, cat, karpet, sofa dan lain-lain.
Pencemaran akibat bahan bangunan seperti formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut. Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditentukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Pencemaran dari luar gedung dapat terjadi karena masuknya gas buang kendaraan
bermotor yang lalu lalang, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat
gedung, yang kesemuanya terjadi akibat penempatan lokasi lubang ventilasi atau lobang
pemasukan udara segar yang tidak tepat.
* Pencegahan
Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditanggulangi secara simtomatis asal diikuti dengan upaya lain agar suasana lingkungan udara di gedung tempat kerja menjadi lebih sehat dan nyaman, bagaimana agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu juga diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung, rencana renovasi ruangan, penambahan batasbatas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang cukup memadai.
Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditanggulangi secara simtomatis asal diikuti dengan upaya lain agar suasana lingkungan udara di gedung tempat kerja menjadi lebih sehat dan nyaman, bagaimana agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu juga diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung, rencana renovasi ruangan, penambahan batasbatas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang cukup memadai.
Pola Hidup Sehat dalam bekerja
Hidup sehat di mulai dari diri dan lingkungan dimana lingkungan tempat kerja terdiri dari tiga bagian yang telah ada dalam program K3 :
1. Ruang kerja
- Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
- Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
- Menyimpan tanaman hias seperti jenis sansiviera
2.Toilet/Kamar mandi
- Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
- Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa gambar dll.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.
- Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
3. Kantin
- Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).
- Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
- Lantai tetap terpelihara.
- Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.
Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.
Program K3 selama ini sudah di buat oleh Departemen Kesehatan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Namun kesadaran akan pentingnya pelaksaaan program ini masih belum tercapai dalam hal ini K3 perkantoran. Terlihat K3 masih dititik beratkan pada perusahaan industri , itupun yang memang banyak terjadi kecelakaan dan bahaya peledakan seperti perusahaan industri migas.
Program K3 ini sangat penting dilakukan di perkantoran di mulai dari perhatian konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran maupun jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai Komputer.
Perhatian K3 di titik beratkan pada masalah kualitas udara, kualitas cahaya dan psikososial. Namun tidak menutup kemungkinan semua program K3 di terapkan dalam lingkungan kerja terutama perkantoran sejalan dengan adanya istilah Sick Building Syndrome terutama perkantoran yang berlantai banyak Tidak terkecuali bangunan perkantoran biasa pun dapat terjadi syndrome ini dengan system ventilasi buatan seperti adanya AC.Belum lagi pencemaran yang terjadi di dalam gedung itu sendiri yang masih belum disadari oleh setiap pekerja dikarenakan paradigma yang menganggap bahwa lingkungan di dalam ruangan itu aman dan bersih.
Banyak keluhan gangguan kesehatan yang dirasakan oleh setiap pekerja namun hal itu dirasakan sebagai gangguan biasa. Padahal dari gangguan yang dialami bisa saja itu merupakan sebuah gejala Sick Building Sindrome. Maka dari itu, diperlukan usaha yang tepat untuk selalu menjelaskan pola hidup sehat dan pengertian K3 itu sendiri.
Berikut ini adalah analisa S.W.O.T. dari masalah program K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) perkantoran :
a. Strenght (kekuatan)
Program K3 ini sangat bermanfaat bagi setiap pekerja yang menjalankannya:
1. Menurunkan angka kemangkiran pekerja
2. Berkurangnya biaya rawat kesehatan
3. Meningkatkan kinerja kerja pekerja
4. Menurunkan cidera karena pekerjaan
5. Meningkatkan derajat kesehatan pekerja
b. Weaknesss (kelemahan)
Pada pelaksanaan program ini belum disosialisasikan dengan baik oleh pemerintah dan belum adanya kesiapan dari pemerintah dalam menjalankannya. Sehingga perusahaan perkantoran masih meragukan program itu.
c. Opportunity (peluang)
Program K3 di Indonesia masih kurang dipahami oleh setiap pekerja namun dengan adanya sosialisasi K3 ke setiap perkantoran dapat menjadikan kondisi kerja yang baik dengan pekerja yang sehat dan semangat bekerja.
d. Threatment (ancaman)
Program K3 ini berhubungan dengan pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Terkadang luput dari mata pengawasan petugas maupun pekerja itu sendiri. Semua pekerja belum menyadari pentingnya K3. Sehingga pihak dari perusahaan tidak menjadikan itu sebagai hal penting, yang terpenting pekerjaan beres sesuai waktu yang ditentukan.
# Diambil dari beberapa sumber
0 komentar:
Posting Komentar