Surveilans Gizi (draft) 1
SURVEILANS GIZI – (Draft)
(Direktorat Gizi Masyarakat)
1. Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai pada tahun
1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan kebijakan
yang pada umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan
program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei
berkala melalui survei khusus maupun diintegrasikan pada survei nasional
seperti Susenas, Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain.
2. Kecenderungan status gizi kurang dipantau melalui Susenas 1989 sampai
dengan 2000. Pada tahun 1989, gizi kurang diderita oleh 37,5% anak balita.
Pada tahun 2000, prevalensi gizi kurang adalah 24,6%. Yang menjadi
masalah adalah penderita gizi buruk, yang terlihat tidak terjadi penurunan
prevalensi. Prevalensi gizi buruk pada anak balita terlihat meningkat dari
6.3% pada tahun 1989, menjadi 11,5% pada tahun 1995, kemudian turun
menjadi 7,5% pada tahun 2000. Terlepas dari kejadian krisis ekonomi tahun
1997, memasuki tahun 2000, masalah gizi kurang masih ditemui pada
sebagian besar penduduk. Masih ditemukan 20 kabupaten dengan prevalensi
gizi kurang pada anak balita diatas 40%, 60 kabupaten dengan prevalensi
antara 30-40%, dan 141 kabupaten dengan perevalensi antara 20-30%.
3. Masalah tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan
dengan masih tingginya bayi lahir dengan berat badan rendah. Pevalensi
BBLR ini masih berkisar antara 2 sampai 17% pada periode 1990-2000.
Akibat dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah
pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan Tinggi
badan anak baru masuk sekolah (TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak
pendek tahun 1994 adalah 39,8%. Prevalensi ini turun menjadi 36,1% pada
tahun 1999.
4. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia subur, yang
akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, disertai dengan masalah anemia
dan gizi mikro lainnya, seperti kurang yodium, selenium, kalsium, dan seng.
5. Faktor penyebab langsung dari masalah gizi kurang ini berkaitan dengan
konsumsi gizi. Pada periode 1995-2000, masih dijumpai hampir 50% rumah
tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan
gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari).
6. Akar permasalahan adalah kemiskinan dan situasi sosial politik yang tidak
menentu. Tahun 1999, kajian Susenas memperkirakan 47,9 juta penduduk
hidup dibawah garis kemiskinan.
Surveilans Gizi (draft) 2
7. Analisis situasi yang terus menerus, baik dalam bentuk besarnya masalah
maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut, perlu
dilakukan mulai dari tingkat administrasi terendah di tingkat desa sampai
dengan tingkat nasional.
8. Dengan demikian Surveilans gizi diperlukan dengan berlandaskan pada
kerangka konsep yang diperkenalkan UNICEF (Bagan 1) agar sasaran (target)
penduduk yang berisiko rawan gizi (Bagan 2) dapat diketahui untuk
kepentingan intervensi.
9. Bagan 1. Penyebab Kurang Gizi
KURANG GIZI
Makan
Tidak Seimbang
Penyakit Infeksi
Tidak Cukup
Persediaan Pangan
Pola Asuh Anak
Tidak Memadai
Sanitasi dan Air
Bersih/Pelayanan
Kesehatan Dasar
Tidak Memadai
Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan
Kurang pemberdayaan wanita
dan keluarga, kurang pemanfaatan
sumberdaya masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Krisis Ekonomi, Politik,
dan Sosial
Dampak
Penyebab
langsung
Penyebab
Tidak langsung
Pokok Masalah
di Masyarakat
Akar Masalah
(nasional)
Surveilans Gizi (draft) 3
10. Bagan 2. Target intervensi pada kelompok penduduk
11.Pada halaman berikut ini dilampirkan beberapa indikator penting berkaitan
dengan surveilans gizi. Ringkasan indikator dicantumkan pada tabel 1.
12.Indikator surveilans gizi ini masih menerima kritik dan saran, dan akan terus
diperbarui.
Surveilans Gizi (draft) 4
WUS KEK
BUMIL KEK
(KENAIKAN BB
RENDAH)
BBLR
BALITA KEP
REMAJA &
USIA SEKOLAH
GANGGUAN
PERTUMBUHAN
USIA LANJUT
KURANG GIZI
IMR, perkembangan
mental terhambat,
risiko penyakit kronis
pada usia dewasa
Proses
Pertumbuhan
lambat, ASI
ekslusif kurang,
MP-ASI tidak benar
Kurang makan,
sering terkena
infeksi, pelayanan
kesehatan kurang,
pola asuh tidak
memadai
Konsumsi
gizi tidak cukup,
pola asuh kurang
Tumbuh
kembang
terhambat
Produktivitas
fisik berkurang/rendah
Pelayanan
kesehatan tidak
memadai
MMR
Konsumsi Kurang
Pelayanan
Kesehatan kurang
memadai
Konsumsi tidak
seimbang
Gizi janin
tidak baik
INDIKATOR SURVEILANS GIZI
1. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Definisi: yang dimaksud dengan berat badan lahir rendah adalah berat
badan bayi lahir hidup di bawah 2500 gram yang ditimbang pada
saat lahir.
Kegunaan:
A. Untuk screening (penapisan) individu
a). Indikator: Berat Badan Lahir (BBL)
b). Cut-off: BBL < 2500 gram
c). Sumber data: Bidan desa atau dukun terlatih
(Laporan kohor bayi)
d). Frekuensi: Setiap ada bayi lahir
e). Tujuan: penapisan bayi untuk diberikan perawatan
f). Pengguna: Puskesmas
B. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak
tingkat kecamatan
a). Indikator: Prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari
jumlah bayi lahir hidup
b). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%
c). Sumber data: Puskesmas
(Kompilasi laporan kohor bayi BBLR dalam periode 1
tahun dari Puskesmas-2 di kecamatan bersangkutan)
d). Frekuensi: Sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama ibu dan anak
f). Pengguna: Kecamatan
C. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak
antar kecamatan dalam kabupaten
a). Indikator: Prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari
jumlah bayi lahir hidup
b). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%
c). Sumber data: Kecamatan
(Kompilasi laporan kohor bayi BBLR dalam periode 1
tahun dari Kecamatan-kecamatan di kabupaten
bersangkutan)
d). Frekuensi: Sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama ibu dan anak
f). Pengguna: Kabupaten --- dan --- Propinsi
Surveilans Gizi (draft) 5
D. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak
tingkat nasional
a). Indikator: Prevalensi BBLR dalam periode tertentu
b). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%
c). Sumber data: Tim Surkesnas (Badan Litbangkes + BPS)
(Survei Kesehatan Nasional)
d). Frekuensi: Sekali dalam 3 tahun
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama ibu dan anak secara nasional
f). Pengguna: Primer: Pusat
2. MASALAH GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA
Definisi: Gangguan pertumbuhan: bila BGM atau tiga kali penimbangan
bulanan tidak naik berat badan (BB)
Kegunaan:
A. Screening individu balita untuk rujukan/perawatan/treatmen
a). Indikator: Pertumbuhan berat badan (SKDN)
b). Cut-off: 1. BGM (BB/U < -3SD)
2. 3T (3 kali penimbangan tidak naik BB)
c). Sumber data: Posyandu
(Penimbangan bulanan)
d). Frekuensi: sekali sebulan
e). Tujuan: Screening balita yang memerlukan tindakan rujukan
atau intervensi khusus (pengobatan dan atau PMT
pemulihan)
f). Pengguna: Puskesmas
B. Gambaran keadaan pertumbuhan balita tingkat kecamatan
a). Indikator: 1. % N/(D-O-B) dengan kondisi (D/S >= 80%). Bila
D/S belum >=80% upayakan untuk ditingkatkan.
2. % BGM/D
b). Trigger level: 1. % N/(D-O-B) < 60%
2. % BGM > 1%
c). Sumber data: Puskesmas
(Kompilasi laporan SKDN dari Puskesmas-2 yang ada
di wilayah kecamatan bersangkutan)
d). Frekuensi: sekali sebulan
e). Tujuan: Evaluasi keadaaan pertumbuhan balita untuk tindakan
preventif terhadap memburuknya keadaan gizi
f). Pengguna: Kecamatan
Surveilans Gizi (draft) 6
C. Gambaran keadaan pertumbuhan balita antar kecamatan dalam
kabupaten
a). Indikator: 1. % N/(D-O-B) dengan kondisi (D/S >= 80%). Bila
D/S belum >=80% upayakan untuk ditingkatkan.
2. % BGM/D
b). Trigger level: 1. % N/(D-O-B) < 60%, dan
2. % BGM > 1%
c). Sumber data: Kecamatan
(Kompilasi laporan SKDN dari Kecamatan-2 yang ada
di wilayah kabupaten bersangkutan)
d). Frekuensi: sekali sebulan
e). Tujuan: Evaluasi keadaaan pertumbuhan balita untuk tindakan
preventif terhadap memburuknya keadaan gizi
f). Pengguna: Kabupaten --- dan --- propinsi
3. MASALAH KEP BALITA
Definisi: Gizi kurang bila BB/U < -2 SD dan Gizi buruk bila BB/U < -3 SD
Kegunaan:
A. Screening individu balita untuk rujukan/perawatan/treatment
a). Indikator: BB/U
b). Cut-off: BB/U <-2 SD (gizi kurang) dan BB/U < -3 SD
(gizi buruk), kwasiorkor dan marasmus
c). Sumber data: Puskesmas
(Pelacakan gizi buruk, kunjungan pasien, dan
opsional kegiatan bulan penimbangan)
d). Frekuensi: setiap ditemukan kasus (setiap saat)
e). Tujuan: Rujukan atau memberikan treatment khusus bagi
penderita sesuai dengan “grade” kurang gizinya.
f). Pengguna: Puskesmas
B. Memberikan gambaran perkembangan keadaan gizi balita di kecamatan-2
dalam kabupaten
a). Indikator: Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
b). Trigger level: 1. Prevalensi gizi kurang > 20%, atau
2. Prevalensi gizi buruk > 1%
c). Sumber data: Pemantauan Status Gizi (PSG)
d). Frekuensi: Sekali setahun
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi balita untuk
perencanaan program dan perumusan kebijakan
g). Pengguna: Kabupaten, Propinsi --- dan --- Pusat
C. Memberikan gambaran perkembangan keadaan gizi balita tingkat
Propinsi dan nasional
a). Indikator: Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
b). Trigger level: 1. Prevalensi gizi kurang > 20%, atau
Surveilans Gizi (draft) 7
2. Prevalensi gizi buruk > 1%
c). Sumber data: BPS (Susenas)
d). Frekuensi: Sekali dalam 3 tahun
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi balita untuk
perencanaan program dan perumusan kebijakan
di tingkat nasional
f). Pengguna: Pusat
4. MASALAH GANGGUAN PERTUMBUHAN ANAK USIA MASUK SEKOLAH
Definisi: Gangguan pertumbuhan anak usia masuk sekolah adalah pencapaian
tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS)
Kegunaan
(a) refleksi keadaan gizi masyarakat, (b) gambaran keadaan sosial
ekonomi masyarakat, dan (c) gambaran efektivitas upaya
perbaikan gizi masa balita
a). Indikator: Prevalensi pendek (TB/U<-2 SD)
b). Trigger level: Prevalensi pendek >20%
c). Sumber data: Pemantauan TBABS --- DepKes Kesos
d). Frekuensi: Sekali dalam 5 tahun
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi masyarakat,
keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan efektivitas
upaya perbaikan keadaan gizi masa balita
f). Pengguna: Kabupaten, Propinsi --- dan --- pusat
5. MASALAH KEK DAN RESIKO KEK WANITA USIA SUBUR (WUS)
USIA 15 – 45 TAHUN DAN IBU HAMIL
Definisi: 1. KEK Ibu hamil: LILA< 23,5 cm
2. KEK WUS: IMT < 18,5
3. Resiko KEK WUS: LILA < 23,5 cm
Kegunaan:
A. Screening Ibu hamil yang memiliki resiko BBLR untuk diberikan treatmen
(penyuluhan)
a). Indikator : Lingkar Lengan Atas (LILA)
b). Cut-off : LILA < 23,5 cm
c). Sumber data : Kohor Ibu Hamil – bidan desa --- Puskesmas
d). Frekuensi : Setiap ditemukan ibu hamil (setiap saat)
e). Tujuan : Screening ibu hamil KEK untuk diberikan penyuluhan
dan intervensi (PMT ibu hamil)
g). Pengguna : Puskesmas
B. Memberikan gambaran perkembangan status gizi WUS
a). Indikator: 1. KEK: Indeks massa tubuh (IMT)
Surveilans Gizi (draft) 8
2. Resiko KEK: Lingkar Lengan Atas (LILA)
b). Cut-off: 1. KEK: IMT < 18,5
2. Resiko KEK: LILA< 23,5 cm
c). Sumber data: Survei cepat dan Surkesnas (KEK WUS) dan
Susenas (Resiko KEK)
d). Frekuensi: Sekali dalam 3 tahun
e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi kelompok
wanita usia subur
f). Pengguna: Resiko KEK : Propinsi --- dan --- Pusat
KEK WUS : Pusat
6. MASALAH GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)
Definisi: GAKY: Defisiensi yodium
Kegunaan: Memberikan gambaran besar dan sebaran masalah GAKY
a). Indikator: 1. Prevalensi GAKY (Total Goiter Rate=TGR) anak
sekolah
2. Eksresi Yodium Urin (EYU) pada anak sekolah
3. Konsumsi garam beryodium rumahtangga
b). Trigger level: 1. TGR > 5%
2. EYU 100 mcg/dl > 50%
3. Konsumsi garam beryodium (>=30 ppm) < 80%
rumahtangga
c). Sumber data: 1. TGR dan EYU : Survei nasional pemetaan GAKY
2. Konsumsi garam beryodium: Susenas dan
monitoring garam beryodium oleh Kabupaten
d). Frekuensi: TGR dan EYU : Sekali 5 tahun,
Konsumsi garam beryodium: Sekali 3 tahun (Susenas)
dan sekali setahun (monitoring oleh Kabupaten)
e). Tujuan: Memberikan gambaran tentang masalah GAKY untuk
manajemen program perbaikan GAKY (distribusi
kapsul dan garam beryodium)
g). Pengguna: Kabupaten --- Propinsi --- Pusat
7. MASALAH KVA
Definisi : defisiensi vitamin A
Kegunaan :
Screening kasus Xerophtalmia untuk perawatan.
a. Indikator : kasus Xerophtalmia
b. Trigger level : Setiap ada kasus
c. Sumber data : Laporan kasus Puskesmas dan RS setempat
d. Frekuensi : Setiap ada kasus (setiap saat)
e. Tujuan : Tindakan cepat penanganan masalah Xerophtalmia
Surveilans Gizi (draft) 9
f. Pengguna : kabupaten---Propinsi---Pusat.
Untuk memberikan gambaran perkembangan masalah KVA
a. Indikator : Prevalensi X1B dan Prev.Serum Retinol <20mcg/dl
b. Trigger level : 1. Prev X1B > 0,5%
2. Prev Serum Retinol (<20 mcg/dl) > 0,5%
c. Sumber data : Survei Vitamin A (SUVITA) -Depkes Kesos
d. Frekuensi : Sekali dalam 10 tahun
e. Pengguna : Propinsi---dan---Pusat
8. MASALAH KONSUMSI GIZI
Definisi : Masalah defisiensi Intake Makro dan Mikro nutrient di masyarakat.
Kegunaan :
Memberikan gambaran perkembangan konsumsi makro dan mikronutrien
serta pola konsumsi masyarakat.
a. Indikator : Prevalensi defisit energi dan protein serta zat gizi mikro
(Vit.A, zat Besi, Kalsium dan Vit. B1)
b. Trigger level : 1. Prev.rumah tangga dengan konsumsi energi
(<70% RDA) >30%
2. Prev.rumah tangga dengan konsumsi protein
(<70% RDA) >30%
3. Lainnya dengan melihat besaran & perkembangan
dari waktu ke waktu.
c. Sumber data : Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Depkes Kesos.
d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun
e. Tujuan : Evaluasi perkembangan masalah dan untuk analisa
faktor-faktor yang berkaitan, dan juga memberikan
masukan bagi instansi yang berkaitan dengan
ketersediaan pangan.
f. Pengguna : Kabupaten---Propinsi---Pusat.
9. MASALAH ANEMIA GIZI
Definisi : Defisiensi zat besi yang diindikasikan dengan kadar Hb darah <11mg%
(wanita hamil), atau <12 mg% pada wanita tidak hamil
Kegunaan :
Memberikan gambaran perkembangan masalah anemia dan besarannya.
a. Indikator : 1) Prevalensi anemia pada bayi
2) Prevalensi anemia balita
3) Prevalensi anemia pada ibu hamil/bufas
4) Prevalensi anemia pada WUS
5) Prevalensi anemia pada Lansia
6) Prevalensi anemia pada Nakerwan
b. Trigger level : belum ada ketentuan
Surveilans Gizi (draft) 10
c. Sumber data : Badan Litbang Kes (+ BPS), Surkesnas
d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun
e. Tujuan : Evaluasi perkembangan masalah anemia gizi untuk perencanaan
program, perumusan kebijakan penanganannya.
f. Pengguna : Pusat.
10. GIZI DARURAT
Definisi : Keadaan darurat yang dimaksud adalah situasi yang terjadi
akibatkonflik politik, bencana alam atau konflik lainnya yang
mengakibatkan banyak penduduk keluar dari daerah tempat tinggalnya
dan tinggal pada lokasi baru (tempat pengungsian)
Kegunaan :
Memberikan masukan dalam kaitannya dengan penanganan pangan dan gizi dalam
keadaan darurat.
a. Indikator : Prevalensi wasting (BB/TB)
b. Trigger level : Prevalensi BB/TB (<-2SD) >15%, atau antara 10-15% dengan
angka kematian kasar 1/10000, atau angka kematian gizi buruk
>1%.
c. Sumber data : Survei cepat dan monitoring keadaan gizi di lokasi darurat oleh
propins dan pusat (international agency).
d. Frekuensi : 1. Survei Cepat, sekali saat terjadi pengungsian.
2. Monitoring, tergantung kebutuhan (sekali dalam 3 bulan atau
sekali dalam 6 bulan).
e. Tujuan : Manajemen penanganan masalah gizi pada situasi darurat
f. Pengguna : Kabupaten---Propinsi---Pusat---International Agencies---LSM
11. MASALAH GIZI LEBIH ORANG DEWASA
Definisi : Yang dimaksud dengan gizi lebih adalah mulai dari overweight sampai
dengan obese.
Kegunaan :
Memberikan gambaran kecenderungan masalah gizi lebih terutama di daerah
perkotaan.
a. Indikator : Prevalensi IMT>25
b. Trigger level : Prevalensi IMT (IMT>25) >10%
c. Sumber data : Survei cepat IMT Depkes & Kesos
d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun
e. Tujuan : Manajemen penanganan masalah gizi lebih pada orang dewasa.
f. Pengguna : Propinsi---Pusat.
Surveilans Gizi (draft) 11
12. MASALAH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MP-ASI
Definisi : 1. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan.
2. MP-ASI adalah makanan tambahan dalam bentuk lunak maupun bentuk
makanan dewasa selain ASI sampai anak usia 24 bulan.
Kegunaan :
A. Memberikan gambaran tentang perkembangan praktek pemberian ASI eksklusif.
a. Indikator : Proporsi ibu memiliki bayi usia 4 bulan yang hanya
memberikan ASI (ASI-Eksklusif).
b. Trigger level : Proporsi ASI Eksklusif tidak menurun.
c. Sumber : Badan Litbangkes (+BPS) --- Surkesnas
d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun.
e. Tujuan : Manajemen penyuluhan dalam rangka peningkatan
praktek pemberian ASI-Eksklusif.
f. Pengguna : Propinsi---Pusat
B. Penyuluhan individu ibu yang memiliki anak usia 4 bulan ke bawah agar
memberikan ASI-Eksklusif.
a. Indikator : Ibu yang memiliki anak usia 4 bulan ke bawah
b. Trigger level : Tidak memberikan ASI-Eksklusif
c. Sumber data : Kohort bayi--- Bidan desa/Kader Posyandu
d. Frekuensi : Setiap ada ibu yang memiliki bayi 4 bulan ke bawah.
e. Tujuan : Tindakan penyuluhan agar memberikan ASI-Eksklusif.
f. Pengguna : Puskesmas
Surveilans Gizi (draft) 12
Tabel 1. (Ringkasan Indikator Surveilans Gizi)
Indikator dan sumber data masalah gizi di Kecamatan, kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat
Masalah gizi Kecamatan Kabupaten/Kota Propinsi Pusat
1. BBLR Indikator Penapisan kasus BBLR Jumlah kasus Prevalensi BBLR Prevalensi BBLR
BBLR/Kec
Sumber data Register kohort ibu dan Laporan SP2TP SURKESNAS SURKESNAS
bayi
2. Balita kurang Indikator 1.Jml balita BGM dan TN 1.Prevalensi kurang 1.Prevalensi kurang 1.Prevalensi kurang
gizi 2.kasus gizi buruk gizi/kec gizi /kab gizi prop/kab
2. Kasus gizi buruk
Sumber data 1.Rujukan posyandu 1.PSG balita 1.PSG Balita 1.SURKESNAS
2.Validasi kasus 2.Lap.KLB 2.Analisis PSG
balita
3.Gangguan Indikator 1.Jml balita N/D di 1.Prevalensi gizi 1.Prevalensi gizi 1.Prevalensi gizi
pertumbuhan di posyandu kurang/kec kurang/kab kurang/prop/kab/kota
2.Kasus gizi kurang 2.Kasus gizi kurang 2.Prevalensi gizi 2.Prevalensi gizi
anak usia sekolah anak usia sekolah/ kurang anak usia kurang anak usia
kecamatan sekolah/kab-kota sekolah/prop/kab-kota
Sumber data 1.Rekapitulasi posyandu 1.Rekapitulasi kec 1.Rekapitulasi Kab/ 1.Rekapitulasi Kab/
SKDN, (F3 gizi) kec kec/prop
2.Survei TBABS 2.Hasil.survei TBABS 2.Hasil suvei TBABS 2.Analisis TBABS
4.KEK(WUS) Indikator 1.Jml WUS dgn IMT <18.5 Prevalensi KEK(WUS) Prevalensi KEK(WUS) Prevalensi KEK(WUS)
2.Jml WUS dgn LILA <23.5 /kec /Kec,Kab /Kec,Kab,Prop
Sumber data Penemuan/validasi kasus Hsl survei cepat kec Hsl survei cepat Kec, 1.SURKESNAS
Kab 2.SUSENAS
3.Analisissurvei cepat
5.KEK (BUMIL) Indikator Jml Bumil dgn Lila <23.5 Prevalensi KEK(BUMIL) Prevalensi KEK(BUMIL) 1. Prevalensi KEK(BUMIL)
/kec /kab /prop
2.SUSENAS
Sumber data validasi kasus - SUSENAS SUSENAS
6.GAKY Indikator 1.Jml TGR anak sekolah 1.Prevalensi Gondok (TGR) 1.Prevalensi Gondok 1.Prevalensi Gondok
2.Jml UIE anak sekolah 2.Sebaran Kecamatan dgn 2.Sebaran Kec,Kab 2.Sebaran Kec,kab,prop
Surveilans Gizi (draft) 13
gondok endemik dgn gondok endemik dgn gondok endemik
Konsumsi grm 3.Jml rumah tangga mengkon- 3.Presentase rumah 3. Presentase rumah 3.Presentase rumah
beryodium sumsi grm beryodium tangga mengkonsumsi grm tangga mengkonsum- tangga mengkonsumsi
beryodium kec si grm beryodium kec, grm beryodium prop
kab
Sumber data 1.Hsl survei GAKY 1.Hsl survei GAKY 1.Analisa survey GAKY
2.Survei konsumsi grm 2.Hsl survei konsumsi 2.Analisa survei konberyodium
kec grm beryodium kec, sumsi grm beryodium
kab
7.KVA Indikator 1.Jml anak dgn buta senja 1.Prevalensi KVA kec Prevalensi KVA kec, Prevalensi KVA
2.validasi kasus xerophthalmia 2.Laporan kasus kab
Sumber data Hasil Survei Vitamin A Hasil Survei Vit. A Hasil Survei Vitamin A
8.Konsumsi gizi Indikator Jml rumah tangga defisit Prev. rumah tangga defisit Prev. rumah tangga Prev. rumah tangga
energi/protein energi/protein kec defisit energi/protein defisit energi/protein
kec,kab prop
Sumber data Hasil survei konsumsi gizi Hasil survei konsumsi Analisa survei konsumsi
gizi gizi
9.Anemia gizi Indikator Prevalensi anemia gizi Prevalensi anemia gizi Prevalensi anemia gizi
Sumber data SURKESNAS
10.Gizi darurat Indikator Jml balita gizi buruk di Prev.balita gizi buruk di Prev.Balita gizi buruk Prev.Gizi buruk ditemtempat
pengungsian tempat pengungsian di tempat pengungsian pat pengungsian
Sumber data Survei cepat Hasil survei cepat kec Hasil survei cepat kec, Analisa survei cepat
kab
11.Gizi lebih pd Indikator Jumlah penduduk dgn Prevalensi IMT > 25 kec Prevalensi IMT >25 Prevalensi IMT >25
org dewasa IMT >25 kec,kab prop
Sumber data Survei cepat Hasil survei cepat kec Hasil survei cepat kec, Analisa survei cepat
kab
12.ASI Eksklusif/ Indikator Jumlah anak 0-4 bl yg diberi Presentase anak 0-4 bl yg Presentase anak 0-4 bl Presentase anak 0-4 bl
MP-ASI ASI saja diberi ASI saja yang diberi ASI saja diberi ASI saja
Sumber data Laporan kohort bayi di pus Hasil laporan SURKESNAS SURKESNAS
kesmas
Surveilans Gizi (draft) 14
0 komentar:
Posting Komentar