Kamis, 30 Juni 2011

PENYAKIT - PENYAKIT ZOONOSIS

1        Penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.
2        Ada ±  150 penyakit zoonosa di dunia.  Di Indonesia terdapat lebih dari 50 zoonosis antara lain: rabies, pes, anthrax, taeniasis/cysticercosis, JE, leptospirosis, toxoplasmosis, bovine tubercullosis, schistosomiasis, flu burng, sapi gila dsb

1.      JAPANESE ENCEPHALITIS (Radang otak)
Tergolong penyakit Emerging infectious diseases & emerging zoonotic diseases
Japanese Encephalitis (JE) adalah : Penyakit infeksi virus pada susunan saraf pusat  (SSP) disebarkan melalui gigitan nyamuk dengan  perantaraan hewan lain, terutama babi

GEJALA KLINIS  JE :
1. Keluhan awal: demam, nyeri kepala, kuduk kaku, kesadaran menurun , tremor, kejang
2. Keluhan lanjutan : kaku otot, koma,        napas abnormal, dehidrasi, berat badan menurun
3. Keluhan lain : rf. tendon meningkat, paresis, suara pelan & parau

Rabu, 29 Juni 2011

PEDOMAN STRATEGI KIE KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat.

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Gambaran status gizi balita diawali dengan banyaknya bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya masalah gizi dan kesehatan ibu hamil. Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang BBLR (= 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pada usia sekolah, sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita.

Masalah kurang gizi lainnya yaitu Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia sekolah dan sekitar 10 juta balita menderita Kurang vitamin A (KVA). Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir.

Hasil survei di perkotaan menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan 2005-2009 menetapkan 4 (empat) sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20 %. Guna mempercepat pencapaian sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009 telah ditetapkan 4 strategi utama, yaitu :
1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; 
2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas; 
3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, dan 
4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan. 
Selanjutnya dari empat strategi utama tersebut telah ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), sebagai komponen Desa Siaga. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan:
a. Menimbang berat badan secara teratur.
b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif).
c. Makan beraneka ragam.
d. Menggunakan garam beryodium.
e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Untuk mewujudkan perilaku KADARZI, sejumlah aspek perlu dicermati. Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup 1) tingkat keluarga, 2) tingkat masyarakat, 3) tingkat pelayanan kesehatan, dan 4) tingkat pemerintah. 

Di tingkat keluarga, aspek tersebut adalah i) pengetahuan dan keterampilan keluarga dan ii) kepercayaan, nilai dan norma yang berlaku. Sementara, di tingkat masyarakat yang perlu diperhatikan sebagai faktor pendukung
perubahan perilaku keluarga, adalah i) norma yang berkembang di masyarakat dan ii) dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) yang mencakup eksekutif, legislatif, tokoh agama/masyarakat, LSM, ormas, media massa,  sektor swasta dan donor. Di tingkat pelayanan kesehatan mencakup pelayanan preventif dan promotif. Di tingkat pemerintahan mencakup adanya kebijakan pemerintah yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sabtu, 18 Juni 2011

USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan penyembuhan serta pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Dalam SKN (Sistem Kesehatan Nasional) sesuai dengan Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistim Kesehatan Nasioonal (SKN), dinyatakan upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan suatu bentuk atau pola Upaya kesehatan puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Selain itu ditunjang juga dengan progaram pemerintah yaitu menuju Indonesia sehat 2010.
 Dari hasil survey penyakit periodontal dan karies gigi di Indonesia tahun 1994 – 1999, menunjukkan bahwa pada kelompok usia 12 tahun pravalensi penyakit periodontal menyerang 80,8% anak dan penyakit karies gigi anak 72,1%.( Depkes RI 1999) Oleh WHO telah ditetapkan “Oral Healt Global Indicator For 2000” DMF-T tidak lebih dari 3 pada kelompok umur 12 tahun. Menurut WHO keadaan karies gigi di Indonesia cenderung meningkat dari DMF-T = 0,7 (1973), menjadi 2,3 (1979- 1982) dan pada survey kesehatan gigi terakhir = 2,6 (1984- 1988), inimenunjukkan dari tahun 1979- 1988 kesehatan gigi di Indonesia terus mengalami angka penurunan. Status kesehatan pada anak kelompok usia 12 tahun ini merupakan indikator utama dalam pengukuran pengalaman kerusakan karies gigi .(Depkes RI 1999)

 Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1 Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI 2001, di antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.2 Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini dan secara kontiniu.

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia, sebab gigi memiliki sifat “progresif” yaitu apabila tidak dirawat dan diobati akan mengakibatkan makin parah dan bersifat “Irreversibble” yaitu apabila ada jaringan yang sudah rusak tidak akan dapat tumbuh kembali (SKKRT, 1995). Hal inilah yang sangat kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga angka kesehatan gigi tiap tahunnya hampir selalu menglami penurunan.

 Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak. 

Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.

Salah satu usaha yang telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi pada anak adalah melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), yaitu salah satu program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan generasi yang sehat. 

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini.

Rabu, 15 Juni 2011

Penyakit Karies Gigi (dental caries)

Pendahuluan

Hubungan antara kesehatan anak dan kesehatan gigi merupakan suatu hubungan timbal balik, disini perkembangan gigi erat hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan anak pada umumnya; keadaan kesehatan gigi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sebaliknya juga keadaan kesehatan seorang anak dapat mempengaruhi perkembangan giginya. Misalnya seorang anak dengan kesehatan gigi yang buruk dapat menyebabkan intake makanan tidak baik atau tidak sempurna, dan gigi yang sering mengalami infeksi selain dapat menimbulkan demam juga dapat merupakan Focal Infection. Sebaliknya keadaan kurang gizi dan kesehatan umum yang tidak baik pada masa-masa prenatal atau pasca natal menghambat perkembangan gigi anak.

Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitian pemeriksaan, diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat. Untuk mencapai hal tersebut harus ada kerja sama yang merupakan segi tiga yang saling berhubungan satu sama lain (Segi tiga Pedodontik). Segi tiga tersebut merupakan rangkaian tiga unsur yaitu dokter gigi beserta stafnya, anak sebagai pasien dan orang tua/wali pasien. Kerja sama diantara ketiga unsur tersebut harus dibina dengan baik demi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan.

Sabtu, 11 Juni 2011

Penyakit Gagal Ginjal Kronik Pada Anak dan Dewasa (bag.2)

PENDAHULUAN

Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan insidensi  dan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk dan 200-250/ 1 juta penduduk. Data dari Third Health and Nutrition Examination Survey (THANES III) tahun 2003 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 11% penduduk berumur kurang dari 20 tahun yang di teliti mengidap penyakit ginjal kronik

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yang bersifat tidak reversibel, dan terbagi dalam beberapa stadium sesuai dengan jumlah nefron yang masih berfungsi. Gagal ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2 luas permukaan tubuh,  oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai terganggu, dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut. Terapi pengganti ginjal (TPG) baik dialisis maupun transplantasi tidak serta merta diperlukan sampai laju filtrasi glomerulus turun dibawah 10 ml/menit/1.73m2. Dengan dimulainya TPG berarti dimulailah onset dari gagal ginjal terminal (GGT). Gagal ginjal pra-terminal adalah stadium yang belum memerlukan TPG.

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal.

Jumat, 10 Juni 2011

Penyakit Gagal Ginjal Akut Pada Anak dan Dewasa

Pendahuluan

Secara umum, tubuh mempunyai beberapa cara untuk membuang limbah sebagai hasil akhir makanan/minuman yang dikonsumsinya. Pembuangan limbah cair setelah disaring oleh ginjal, limbah dibuang melalui saluran kencing.  Gagal ginjal menunjukkan bahwa ginjal sudah tidak dapat dan tidak mampu menyaring limbah tubuh yang bersifat cairan, sehingga limbah cair akan berlebih dalam tubuh dan meracuni tubuh itu sendiri.

Gagal ginjal akut merupakan suatu penyakit dimana terjadi penurunan secara tibatiba fungsi ginjal,  ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan produk metabolik (nitrogen dan air) dan menjaga keseimbangan asam-basa. Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi di rumah sakit, hal ini dapat mempermudah terinfeksi, meningkatkan komplikasi, mengakibatkan respon terhadap terapi medis, dan mengarah pada hasil klinis yang jelek.

Gagal ginjal akut (GGA) adalah sindrom klinik dengan etiologi macam-macam, ditandai oleh penurunan mendadak dari faal ginjal, biasanya (tetapi tidak selalu) disertai oliguri. Yang dimaksud dengan nekrosis tubuler akut (NTA) oleh kebanyakan penulis adalah GGA yang tidak ada hubungan dengan obstruksi, penyakit-penyakit primer glomerulus atau vaskulus, Menurut Sharpstone : NTA adalah sindrom yang disebabkan oleh iskemi atau luka-luka toksik terhadap ginjal ditandai oleh penghentian mendadak faal ginjal dan diikuti oleh penyembuhan spontan, biasanya dalam waktu 4 minggu. Epstein (4) berpendapat bahwa istilah NTA (atau lower nephron nephrosis) menunjukkan sindrom klinik dan patologik yang terjadi jika faal ginjal berhenti untuk sementara waktu, disebabkan oleh degenerasi tubuler ginjal akibat iskemi ginjal atau zat-zat toksik. Umur penderita gagal ginjal akut berkisar antara (rata-rata) 40—50 tahun tetapi hampir semua umur dapat terkena penyakit ini. Kejadian pada laki-laki dan wanita hampir sama. Angka kematian dari GGA masih cukup tinggi (5,6).

Selasa, 07 Juni 2011

Penyakit Hepatitis C (Hepatitis bag.3)

Hepatitis C merupakan virus bawaan darah yang dapat merusakkan hati Anda. Hepatitis C dapat menjadi penyakit kronis (jangka panjang). Anda mungkin menderita penyakit ini selama bertahuntahun tanpa mengalami gejala apapun. Namun, gejala yang biasa termasuk lelah, mual, sakit di bawah rusuk dan kurang toleran terhadap makanan berlemak atau alkohol. Berbeda dari virus hepatitis lain, hepatitis C tidak mengakibatkan penyakit pada saat Anda pertama kali terjangkit. Banyak orang tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi, meskipun membawa virus ini selama bertahun-tahun. Ada sekurang-kurangnya 6 jenis hepatitis C yang utama, yang dikenal sebagai genotip (diberikan angka 1, 2, 3, 4 dsb.), yang berbeda sedikit di antaranya.

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya. 15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.

Menurut  C.D. Mazoff, PhD, hepatitis C BUKAN penyakit hati: virus hepatitis C (HCV) menyebabkan penyakit hati selain hal-hal lain. Ini disetujui oleh Dr. Robert L. Carithers, direktur hepatologi di University of Washington, AS. Katanya, “Menyebut hepatitis C sebagai penyakit hati lebih karena ahli penyakit menular malas dibanding ahli hepatologi yang agresif.” Jadi, jika hepatitis C BUKAN penyakit hati, mengapa disebut penyakit hati? Dan apa kaitannya dengan kita? Apakah ini bukan sekadar masalah teknis? Sebuah masalah peristilahan? Bukan. Beberapa kali kita mendengar contoh seseorang, yang merasa tidak sehat, periksa ke dokter dan keluarlah cerita versi berikut ini: “Nah, Anda mengidap hepatitis C, tetapi jangan khawatir. Ini jenis hepatitis yang paling baik. Dan tentang gejala Anda, itu hanya perasaan Anda karena hati Anda tidak terdapat cukup parut untuk menyebabkan gejala-gejala itu. Ambillah obat antidepresan ini dan pulanglah.” “Tetapi dokter,” Anda protes, “saya begitu lelah dan sakit-sakitan, ini tidak mungkin hanya perasaan saya. Saya kehilangan pekerjaan saya, saya tidak dapat berkonsentrasi.”

Penyebab Hepatitis C 
Hepatitis berarti pembengkakan pada hati.Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat. Jika anda penderita Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati anda, baik anda dalam pengobatan ataupun tidak. Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin. Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya. 

Senin, 06 Juni 2011

1. Download Permenkes No.1787 Thn 2010 Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan


2. Petunjuk pelaksanaan perkemahan bakti satuan karya pramuka bakti husada tingkat nasional IV tahun 2011


3. masalah penyakit ginjal dan saluran air kemih di indonesia.pdf


4. masalah penyakit ginjal dan saluran air kemih di indonesia.pdf


5. daftar harga jual alat kesehatan


6. download waspadai flu burung


7. download tata laksana penyakit DBD (demam berdarah dengue)


8. download tata laksana penyakit DBD (demam berdarah dengue)


9. download HepatitisB (WHO/CDC: English Version)

Minggu, 05 Juni 2011

Penyakit Hepatitis B (Hepatitis bag-II)

PENDAHULUAN

 Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, yang dapat ditularkan melalui darah atau hubungan seksual atau dengan orang yang terinfeksi dan dapat menyebabkan penyakit yang parah (sirosis) atau kanker hati. Beberapa orang dapat menderita penyakit hepatitis B dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Orang-orang ini dapat menularkan penyakit ini tanpa menyadarinya.

Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler (hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna.

Pada saat ini didunia diperkirnkan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).
 

Sabtu, 04 Juni 2011

Penyakit Hepatitis A

Hepatitis atau lebih dikenal sebagai sakit kuning merupakan penyakit yang sudah banyak mengenai menjangkiti masyarakat Indonesia. Gejala penyakit hepatitis atau sakit kuning adalah demam disertai mual, dan pada hari ketiga ditandai dengan menguningnya warna putih pada bola mata, rasa nyeri pada ulu hati disertai mual, warna air seni menjadi kecoklatan seperti air teh yang kental dan rasa lemas yang berlebihan. Sejak zaman dulu, dunia kedokteran telah mampu mengenali gejala penyakit hepatitis berdasarkan gejala yang ditimbulkannya namun belum mengetahui penyebabnya. Dengan ditemukannya mikroskop electron, para dokter baru mampu mendeteksi virus Hepatitis sekitar tahun 60-an, dan pada awalnya membagi atas virus hepatitis A dan virus hepatitis B.

Dalam perkembangan selanjutnya didapatkan makin banyak jenis virus hepatitis yang tidak termasuk golongan A ataupun B dan kemudian diberi nama Hepatitis non A non B. Virus Hepatitis non A non B kemudian disebut sebagai hepatitis C, hepatitis D sampai Hepatitis G sesuai dengan urutan penemuannya. Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan karakter, penularannya. Pada umumnya gejala penyakitnya sama, dan hanya bisa dibedakan berdasarkan pemeriksaan darah dan mikroskop electron.

A. HEPATITIS A
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Penyakit hepatitis A yang ber-Genus Heparnavirus, terutama menyerang pada anak dan kaum dewasa muda. Penyakit yang dikenal juga sebagai penyakit kuning (jaundice) ini penularannya berbeda dengan VHB dan VHC, yakni melalui makanan dan minuman yang tercemar kotoran yang mengandung virus ini. Bersifat stabil, sel hati menyembunyikan virus dalam sel empedu untuk kemudian virus masuk ke dalam system pencernaan. Sebab itu, kotoran penderita mempunyai konsentrasi tinggi selama periode infeksi.