Minggu, 27 Februari 2011

PENYAKIT KUSTA DAN MASALAH YANG DITIMBULKANNYA

oleh :
dr. ZULKIFLI, M.Si
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja
tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan
ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah
tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa
dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta
menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk
melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.


Sabtu, 05 Februari 2011

SURVEILANS GIZI (Direktorat Gizi Masyarakat)

Surveilans Gizi (draft) 1
SURVEILANS GIZI – (Draft)
(Direktorat Gizi Masyarakat)
1. Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai pada tahun
1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan kebijakan
yang pada umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan
program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei
berkala melalui survei khusus maupun diintegrasikan pada survei nasional
seperti Susenas, Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain.
2. Kecenderungan status gizi kurang dipantau melalui Susenas 1989 sampai
dengan 2000. Pada tahun 1989, gizi kurang diderita oleh 37,5% anak balita.
Pada tahun 2000, prevalensi gizi kurang adalah 24,6%. Yang menjadi
masalah adalah penderita gizi buruk, yang terlihat tidak terjadi penurunan
prevalensi. Prevalensi gizi buruk pada anak balita terlihat meningkat dari
6.3% pada tahun 1989, menjadi 11,5% pada tahun 1995, kemudian turun
menjadi 7,5% pada tahun 2000. Terlepas dari kejadian krisis ekonomi tahun
1997, memasuki tahun 2000, masalah gizi kurang masih ditemui pada
sebagian besar penduduk. Masih ditemukan 20 kabupaten dengan prevalensi
gizi kurang pada anak balita diatas 40%, 60 kabupaten dengan prevalensi
antara 30-40%, dan 141 kabupaten dengan perevalensi antara 20-30%.